Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim, Heru Suseno mengatakan bahwa saat ini proses tanam hingga panen tebu yang dilakukan petani masih konvensional. Namun untuk menuju mekanisasi, petani kurang bisa menjangkau karena besarnya investasi yang dibutuhkan.
"Harapan saya, ini akan difasilitasi oleh PG. Jika ada alat mekanik seperti itu yang difasilitasi oleh PG, akan menjadi peluang bagi petani untuk lebih berminat menanam tebu. Karena PG ini kan membina petani di wilayahnya, harusnya mereka memfasilitasi agar produktifitas semakin baik," ujar Heru.
PG, lanjutnya, harus bisa mengatur supaya petani bisa memanfaatkan peralatan dan mesin. Karena mekanisasi dalam industri pergulaan menjadi sebuah keniscayaan supaya swasembada gula, khususnya gula konsumsi bisa tercapai di tahun 2025.
Terkait produksi gula Jatim, ia mengatakan pada tahun ini ada kenaikan, dari 1,098 juta ton di tahun 2021 menjadi 1,19 juta di 2022. Sedangkan tebu yang digiling juga semakin banyak, dari 198.000 hektar di tahun 2021 menjadi 203.000 hektar di 2022.
"Dengan melihat potensi sekarang dan dengan harga gula yang naik, saya yakin produksi gula di tahun 2023 bisa mencapai 1,2 juta ton karena ini akan menjadi penyemangat bagi petani untuk menanam tebu," terang Heru.
Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Aris Lukito menambahkan bahwa kolaborasi seluruh stakeholder pergulaan menjadi kunci dalam menyukseskan industri gula nasional.
"Kita dari riset melakukan penelitian produktifitas, dibantu stakeholder industri dan pemerintah, saya kira sinergi dan kolaborasi ini akan mampu meningkatkan produksi karen tidak ada yang bisa bekerja sendiri," ujar Aris Lukito.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait