Begitu pula Mufti Mesir Syekh Syauqi Ibrahim Abdul Karim 'Allam dan Sekretaris Jenderal Akademi Fiqih Internasional Organisasi Kerjasama Islam Koutoub Moustapha Sano yang semula telah menyatakan diri akan hadir.
“Tiba-tiba Januari keadaan berubah. Jadi pada 4 Februari 2019, ada penandatanganan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan oleh Grand Syakh Al-Azhar dan Paus Faransiskus di Abu Dhabi,” ucap Gus Yahya.
Pada Januari lalu, Gus Yahya mendapatkan informasi akan ada Peringatan Penandatanganan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan itu. Kemudian Grand Syekh Al-Azhar berkirim surat ke PBNU dan menyatakan bakal mengirim utusan untuk menghadiri Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I.
“Kemudian minggu ketiga Januari, diumumkan bahwa acara mereka (peringatan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan) menjadi 6-7 Februari, persis barengan dengan acara kami,” ujar Gus Yahya di hadapan para Pemred media nasional.
Ia menjelaskan, PBNU sebenarnya menargetkan bakal mengundang ulama internasional sebanyak 100 orang. Tetapi Gus Yahya memberikan ruang bagi 100 orang lagi untuk mengantisipasi masing-masing ulama itu membawa pendamping.
“Kami belajar dari R20, tamu-tamu undangan itu tiba-tiba membawa pendamping, bahkan ada yang sampai 5 orang. Makanya kami buat ruang sampai 200, dari undangan 100. Yang sudah konfirmasi 79 (orang) dari 32 negara,” tutur Gus Yahya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait