Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Perpustakaan Kota Surabaya Puji Astuti menjelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan di TBM itu. Mulai dari layanan baca di tempat, layanan bimbingan belajar gratis, kelas mendongeng, dan kelas menulis.
“Ada pula beberapa kegiatan layanan tambahan yang menyesuaikan dengan lingkungan atau keinginan masyarakat, misalnya ada kelas fotografi, kelas numerasi, kelas prakarya, dan juga ada kelas parikan. Itu murni atas permintaan warga sekitar. Namun, kegiatan yang harus ada kelas menulis dan kelas mendongeng,” tegasnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) telah mendirikan 530 Taman Baca Masyarakat untuk melawan ketergantungan gadet. Foto iNewsSurabaya/ist
Di samping itu, ada pula TBM Tematik yang ada di TBM RW 5 Nginden Jangkungan yang menanam tanaman herbal. Bahkan, ada pula Pojok Baca Digital (Pocadi), dan yang terbaru Pocadi itu sudah hadir di Mal Pelayanan Publik Surabaya gedung Siola.
“Nah, rata-rata pengunjung di TBM dan Pocadi ini adalah anak-anak, mulai dari tingkatan TK, SD, hingga SMP. Meskipun ada pula yang sudah dewasa. Alhamdulillah animo masyarakat selalu tinggi,” katanya.
Puji Astuti menambahkan, demi memompa semangat warga dan petugas TBM di berbagai wilayah di Surabaya, maka Dispusip menggelar sejumlah event, ada acara harmoni literasi yang kompetisinya tingkat wilayah atau antar TBM satu wilayah. Selain itu, ada pula Festival Budaya yang merupakan event untuk menampilkan karya-karya terbaik dari berbagai wilayah.
“Melalui berbagai cara ini, kami berharap minat baca di Kota Surabaya terus meningkat dan budaya literasi terus lestari, dan yang paling penting anak-anak Surabaya tidak kecanduan dengan gadget,” pungkasnya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait