Pria yang juga menjabat kepala Sekolah SMA 10 Surabaya itu menjelaskan, munculnya ide pembuatan effervescent eceng gondok tersebut terinspirasi dari lingkungan sekitar anak-anak yang menjadi bagian dari tim. Dimana di sekitar mereka banyak aliran air dengan kandungan ion logam berat yang tinggi. Mereka pun mulai mempelajari jurnal-jurnal baik jurnal internasional maupun jurnal nasional.
"Mereka review ke saya mereka menemukan eceng gondok, yang terutama pada tangkainya memiliki kekuatan untuk mengikat ion logam berat," ujar Budi.
Anak-anak MI ini menyingkirkan 29 Negara, dan meraih Medali Emas Kategori Envirommetal Technology. Foto iNewsSurabaya/achmad ali
Budi melanjutkan, berdasarkan ide tersebut mulailah dicari cara pengemasan eceng gondok agar lebih efektif dalam menghilangkan kandungan ion logam berat pada air. Inovasi pertama, eceng gondok yang dikeringkan kemudian dikemas dalam kemasan serupa teh celup. Namun ternyata kurang efektif. Karena satu kantung eceng gondok kering hanya mampu menghilangkan sekitar 50 persen kandungan ion logam berat pada satu liter air.
Kemudian tim kembali mengembangkan inovasi tersebut, dengan cara mengekstrak eceng gondong menjadi tablet effervescent. Hasilnya pun lebih efektif, dimana satu tablet effervescent eceng gondok seberat 5 gram, mampu menghilangkan 85 persen kandungan ion logam berat pada satu liter air.
"Walaupun ini prototype dari anak-anak SD bisa dikembangkan ke tahap yang lebih dalam. Tinggal bagaimana cara packing. Ini risetnya walupun hasil anak SD sudah di atasnya anak-anak SMA bahkan perguruan tinggi," kata Budi.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait