SURABAYA, iNews.id - Sanggar Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) mempersembahkan Umbul Dungo Surabaya On Stage Festival 2021. Festival dipenghujung tahun 2021 dan melibatkan sederet komunitas seni dan warga tersebut sebagai upaya agar bangsa Indonesia selamat dari mara bahaya.
Penggagas Sanggar Anak Merdeka Indonesia, Meimura menjelaskan Umbul Dungo merupakan tradisi berdoa di kota Surabaya zaman dahulu. Tradisi ini diikuti oleh setiap orang dari tanpa memandang asal, suku, ras, dan agama.
"Umbul dungo adalah berdoa bersama (Istigosah Kubro), memohon kepada Tuhan untuk Bangsa, negara, agar terhindar, selamat, dari segala mara bahaya," katanya usai pembukaan Umbul Dungo Surabaya On Stage Festival 2021, di Gunung Anyar Emas Surabaya, Jumat (31/12).
Meimura melanjutkan, festival di penghujung tahun 2021 ini merupakan kali kelima Sanggar Anak Merdeka Indonesia mempersembahkan karya untuk Indonesia dan kota Surabaya tercinta.
Ide Umbul Dungo sendiri muncul ketika Meimura melakukan Trauma Healing bagi anak-anak korban Semeru saat berada di pengunsian.
Sejumlah tokohpun turut memeraiahkan Umbul Dungo Surabaya On Stage Festival 2021. Seperti Aster Kodam V Brawijaya yang diwakili oleh Lekol. Nur Hasim, juga hadir dipanggung sederhana tersebut.
Nur Hasim datang dengan membawa pesan dari Panglima Kodam (Pangdam) V Brawijaya, agar Sanggar Anak Merdeka Indonesia dijaga keberadaannya, di kembangkan, sehingga Anak anak Gunung Anyar Emas dapat terfasilitasi hobi dan bakatnya.
Kemudian ada pidato Kebudayaan yang disampaikan oleh Prof. Suparto Wijoyo. Ia memotivasi Arek-arek Gunung Anyar dan penonton yang hadir, agar tidak silau dengan bangsa asing, mengingat revolusi Industri dunia sesungguhnya dimulai oleh Empu Gandring dari kerajaan Singosari.
Bahkan Prof. Suparto Wijoyo juga mencotohkan bagimana Kuliner Nusantara dimasa lalu. "Bumbunya sudah merangkum berbagai herbal yang notabene membuat masakan sedap tak ada duanya, menyebarkan tubuh, tidak meninggalkan penyakit dalam tubuh dikarenakan rempah/bumbu yang sudah dipertimbangkan sedemikian rupa," tuturnya.
Selain itu, Prof. Suparto berpesan agar padepokan, sanggar, seperti yang ada di Gunung Anyar Amas ini dapat menjembatani berbagai kemungkinan pergesekan yang bisa terjadi dan mengarah kepada embrio perpecahan Bangsa.
Selanjutnya ada Ustad Suharjupri. Ia memimpin Umbul Dungo/Istighosah Kubro dengan sangat khitmad. Sehingga banyak peserta yang terbawa haru sampai menangis.
"Keberadaan Sanggar seperti ini dapat memberikan alternatif edukatif untuk anak-anak sekitar dan Surabaya pada umumnya," terangnya.
Ki Bagong Sinukarto, dari Forum Pamong Kebudayaan Jawa Timur juga memberikan sambutannya. Ki Bagong berpesan agar generasi muda bisa menjaga Kebudayaan. Karena dengan menjaga kebudayaan sama maknanya dengan menjaga keberadaan Bangsa dan Negara.
Meimura menambahkan, selain hadirnya tokoh-tokoh beken di panggung SAMIN, masih banyak lagi sajian kesenian dari pelaku seni keren.
Secara maraton, dua dalang wayang kulit membawakan lakon berjudul Amarta. Dua dalang itu yakni Achmad Rifai dari SMPN 19 Surabaya dan Sony Hardiansa dari SMPN 42 Surabaya.
Kemudian Wayang Suket dengan lakon "Arek Arek Gunung Anyar Emas... Kueren". Wayang Suket ini didalangi oleh Cesia, putri dari Ony Irfansyah dan Indahyani.
Selanjutnya tapil dipanggung Umbul Dungo, Najwa, Fida, Sasha, Dzaky, Lila, Fannie, Celin. Ketua Lesbumi Jawa Timur, Gus Nonot Sukrasmono. Lisa Parfi, Seno Bagskoro, Tribroto Wibisono, dan seniman-seniman lainnya. Sedangkan Gus Surin Wilangon akan meluncurkan Program Surabaya On Stage Festival dengan tema Pesta Rakyat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait