Politik Machtsvorming
Presiden Soekarno menyebut serikat buruh yang menolak politik tidak bisa disebut badan perjuangan sebab sebuah badan perjuangan seharusnya memperjuangkan perubahan nasib buruh setinggi-tingginya.
Dia menyebut serikat buruh yang menghindari politik sebagai badan permintaan. Sebab serikat buruh itu tidak berusaha mendobrak struktur ekonomi politik yang menindas buruh akan tetapi hanya berharap kebaikan pengusaha dan belas kasihan pemerintah.
“Politik meminta-minta satu kali bisa mendapatkan hasil, tetapi sembilan puluh sembilan kali niscaya gagal,” tegasnya.
Presiden Soekarno menegaskan, perbaikan Nasib bagi kaum buruh termasuk kenaikan upah dan pengurangan jam kerja hanya mungkin terjadi bila Gerakan buruh punya kekuatan atau daya tekan untuk memaksa pengusaha.
Tanpa melakukan desakan yang kuat maka pengusaha akan bergeming. Untuk itu gerakan buruh harus melakukan machtsvorming, yakni membangunkan kekuatan massa.
Machtsvorming berarti mewadahi kaum buruh sebanyak-banyaknya ke dalam serikat buruh lalu mendidik mereka dengan kursus-kursus dan terbitan politik kemudian melancarkan perlawanan melalui aksi mogok, aksi massa dan rapat umum.
Hanya dengan machtsvorming-lah, kata Presiden Soekarno, “kutub modal akan dikalahkan oleh kutub kerja, kutub kapitalisme dikalahkan oleh kutub proletariat, diganti dengan sintesa baru yaitu sintesanya dunia yang tiada kelas”
Jadi Presiden Soekarno bukan saja mendukung perlunya serikat buruh berpolitik akan tetapi juga mendukung hadirnya sebuah partai yang menghimpun kaum buruh.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait