SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Sejarah Perdagangan Berjangka Komoditi dimulai dari transaksi perdagangan berjangka komoditi pada abad ke-18 di Chicago, Amerika Serikat. Dari sanalah cikal bakal transaksi multilateral berkembang hingga sekarang.
Transaksi multilateral atau komoditi merupakan transaksi yang dilakukan antara banyak pembeli dan banyak penjual. Traders dalam transaksi multilateral, bisa bertemu dengan berbagai traders lain yang memiliki beragam latar belakang. Namun, antara penjual dan pembeli tidak saling mengenal satu sama lain.
Pemeriksa Perdagangan Berjangka Komoditi Ahli Utama Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Sahudi mengungkapkan, nasabah perlu memahami konsep lindung nilai. Lindung nilai adalah teknik strategi trading yang dilakukan untuk melindungi dana yang akan digunakan oleh trader dari fluktuasi nilai tukar yang merugikan.
Dengan demikian, Sahudi mengungkapkan ada berbagai manfaat lindung nilai. Salah satunya, dapat menghindari risiko kerugian akibat perubahan harga dan mendapatkan komoditi sesuai kuantitaa dan kualitas.
"Belum banyak masyarakat yang tahu konsep lindung nilai dari komoditi yang akan dibeli maupun dijual. Oleh karena itu, mari kita sebarluaskan konsep lindung nilai ke nasabah," kata Sahudi.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange), Stephanus Paulus Lumintang mengungkapkan pertumbuhan transaksi komoditi di JFX terus tumbuh dengan total transaksi Multilateral dan Penyaluran Amanat Luar Negeri (PALN) mencapai 1,065,455 lot per 18 Mei 2023.
“Kinerja volume transaksi tahun ini naik sekitar 80% dari pencapaian tahun 2022 di periode yang sama,” ungkapnya dalam Media Gathering, Peluang Transaksi Multilateral dalam Meningkatkan Perekonomian Bangsa di Surabaya (24/5/2023).
Pencapaian JFX dalam mendorong transaksi komoditi juga terlihat pada produk emas yang merupakan primadona produk Multilateral dan berkontribusi 60% pada volume transaksi Multilateral. Selain emas, produk yang juga banyak diminati oleh traders adalah Olein, khususnya kontrak berjangka Olein 100kg yang diluncurkan pada akhir Agustus 2022.
Transaksi multilateral atau komoditi merupakan transaksi yang dilakukan antara banyak pembeli dan banyak penjual. Foto iNewsSurabaya/ist
Direktur Utama PT International Business Futures, Ernawan mengatakan bahwa sebagai Perusahaan Pialang berjangka lokal, IBF terus berperan aktif meningkatkan transaksi multilateral di Bursa Berjangka. Termasuk, mendukung target Bappebti dalam mendorong terbentuknya price reference untuk berbagai komoditi di Indonesia.
“Hingga April 2023, total transaksi IBF mencapai 107.985 lot dengan kontribusi produk komoditi/multilateral mencapai 7,4%. Di akhir tahun kontribusinya kami ingin kejar hingga 10%” tandas Ernawan
Produk komoditi IBF adalah Emas dan Kopi, sementara yang paling banyak ditransaksikan adalah emas. Di tahun 2024, Perusahaan juga berencana menambah koleksi produk komoditi Olein.
“Kami berharap dalam 5 tahun ke depan, porsi transaksi multilateral di IBF bisa mencapai 30% dari total transaksi sekarang,” terang Ernawan.
Mengenai target di tahun 2023, IBF masih optimistis mematok pertumbuhan 50% dari total transaksi tahun 2022 yang mencapai 365.877 lot. Pemulihan Covid-19 menjadi tenaga baru bagi Perusahaan untuk mengejar jumlah transaksi dan nasabah baru. Seiring dengan dimulainya kembali tatap muka sehingga proses edukasi kepada nasabah menjadi lebih baik.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait