Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Ini yang harus Dilakukan Pekerja

Arif Ardliyanto
Indonesian Conference & Competition Occupational Safety & Health (ICC OSH) digelar ketiga kalinya pada tahun 2023 ini. Foto iNewsSurabaya/ist

Edi Priyanto Wakil Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DK3) Provinsi Jawa Timur (Jatim) menilai perubahan iklim terus berdampak bagi K3 pekerja di berbagai industri. Sejumlah dampak perubahan iklim yang dimaksud seperti kondisi bekerja semakin berat, penyebaran penyakit-penyakit tertentu, peningkatan risiko kecelakaan, gangguan pasokan hasil produksi, dan stres termal.

“Kondisi kerja yang berat terjadi akibat cuaca ekstrem seperti suhu sangat tinggi, suhu sangat rendah, atau curah hujan tinggi sekali,” katanya.

Untuk penyakit-penyakit tertentu yang timbul dari dampak perubahan iklim, disebarkan oleh malaria, demam berdarah, dan beragam penyakit pernapasan terkait polusi udara. Risiko kecelakaan juga meningkat bagi sektor konstruksi dan transportasi akibat bencana banjir yang dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi. 

Selain itu, ujar Edi, banjir bisa menimbulkan gangguan pasokan bahan baku dan hasil produksi bagi sektor pertanian dan industri berbasis sumber daya alam (SDA). Menurutnya, bagi pekerja yang beraktivitas di luar ruangan atau di lingkungan yang tidak terkondisikan dengan baik berpotensi mengalami gangguan kesehatan akibat perubahan iklim seperti kelelahan, dehidrasi, sampai kegagalan fungsi organ tubuh.

“Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah, pengusaha, dan pekerja bekerja sama mengimplementasikan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi,” papar Edi Priyanto.

Edi menyadari untuk menghadapi dampak perubahan iklim diperlukan beragam kebijakan seperti perubahan metode kerja, peringatan dini tentang cuaca ekstrem, dan peningkatan pemahaman tentang risiko kesehatan.

Hal lainnya adalah berbagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai penyebab utama perubahan iklim. Kondisi ini berasal dari aktivitas-aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil.

“Melalui kerangka kerja Environmental, Social, and Government (ESG), perusahaan dianjurkan mengurangi jejak lingkungannya dengan mengadopsi praktik berkelanjutan, seperti pengurangan emisi GRK, penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah yang baik, dan perlindungan sumber daya alam,” ujar Edi yang juga merupakan pegiat lingkungan dari Kampung Edukasi Sampah.

Editor : Arif Ardliyanto

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network