Pria asli Surabaya yang viral dengan perempuan Kamboja waktu Sea Games itu berencana mengambil program studi Kepelatihan Olahraga. Itu sesuai dengan rencana karir masa depannya. "Saya kira pendidikan itu penting sekali ya bagi atlet seperti kami. Apalagi karir profesional atau masa emas itu ada masanya. Jadi ketika kami sudah tuntas menjadi atlet bisa lanjut menjadi pelatih atau dosen olahraga," jelasnya.
Hal yang sama diungkapkan Brylian Negietha Dwiki Aldama atau Brylian Aldama. Menurutnya, kesempatan kuliah tidak datang dua kali dan itu harus dimanfaatkan dengan baik, selain untuk masa depan karir mereka juga untuk memperkut ekosistem karir atlet."Saya senang dengan beasiswa ini, saya tahu sepak bola itu ada batasnya. Jadi dengan kesempatan ini saya berharap dan teman-teman bisa menggunakannya dengan sebaik mungkin untuk kehidupan kami ke depan," ucap pria yang berencana mengambil prodi Manajemen Olahraga itu.
Universitas Negeri Surabaya (UNESA) benar-benar ingin menobatkan diri sebagai kampus peduli atlet olahraga. Foto iNewsSurabaya/ist
Ibu Marselino Ferdinan, Sudarwijani pada kesempatan itu menyampaikan rasa terima kasihnya kepada rektor dan jajaranya atas beasiswa tersebut. "Mudah-mudahan anak kami ini bisa kuliah dengan lancar sampai selesai. Ini suatu kesyukuran buat kami dan tadi pas saya dapat info Marselino dapat beasiswa dan saya senang sekali, makanya tadi langsung cepat-cepat ke sini," ungkapnya.
Rektor Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung para atlet yang ingin menempuh pendidikan di universitas. Dia menyiapkan beasiswa untuk itu. Tidak hanya untuk program sarjana, tetapi juga sampai magister atau S-2.
"Ini teman-teman punya kemampuan di bidang olahraga dan punya prestasi, itu yang kami apresiasi. Dengan kemampuan itu bisa direkognisi dan misal nanti kuliah sampai s-2 itu sudah masuk kualifikasi jadi dosen. Monggo kalau mau jadi dosen kami siapkan," ucapnya.
Dia menegaskan, skema perkuliahan atlet penerima beasiswa di UNESA memang berbeda dari kuliah reguler pada umumnya. Kurikulum itu sudah diterapkan di Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial Nasional. Perkuliahan atlet diatur sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu latihan dan pertandingan mereka.
"Saya harapkan ini kuliahnya tidak boleh lebih dari 4 tahun. Karena itu, kami siapkan skema khusus dan dosen pendamping khusus yang mengawal mereka sampai benar-benar selesai kuliah dan nanti bisa lanjut lagi s-2. Saya harap mereka bisa seperti Rachmat Irianto yang sudah sarjana dan saya tawar lagi beasiswa S-2 dan ini mau lanjur," beber Cak Hasan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait