Menurutnya, rasa optimis yang tumbuh terkait pencegahan stunting, harus diimbangi dengan kerjasama semua sektor. Untuk itu, ia mengajak seluruh elemen terutama bupati dan walikota di Jatim untuk terus menyampaikan pentingnya pencegahan stunting.
"Persoalan stunting menjadi perhatian seluruh elemen. Tidak hanya pemerintah, tetapi seluruh pihak hingga tingkat paling bawah memiliki peran penting untuk mencegah stunting," tegasnya.
Sebab, lanjutnya, masih ada beberapa kabupaten dan kota di Jatim yang angka stuntingnya masih cukup tinggi. Kondisi ini dipengaruhi beberapa faktor seperti kesehatan ibu, bayi, remaja serta masih tingginya perkawinan anak di bawah umur.
"Sejauh ini, Pemprov Jatim terus melakukan berbagai upaya dan aksi untuk mencegah stunting seperti yang dilakukan oleh PKK serta intervensi dini kepada remaja putri diikuti dengan peningkatan gizi," jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Khofifah, gerakan penurunan stunting juga harus diimbangi dengan pemberian aksi gizi yang seimbang untuk anak-anak. Hal ini, sangat penting mengingat stunting sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
"Saya mengajak semua pihak untuk memasifkan upaya penurunan stunting salah satunya melalu Aksi Bergizi di sekolah-sekolah di Jatim," tuturnya.
Gerakan yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan tersebut merupakan satu rangkaian yang meliputi senam bersama, sarapan bersama, minum Tablet Tambah Darah bersama dan edukasi gizi seimbang yang dilaksanakan di sekolah SMP/SMA sederajat dan Pondok Pesantren. Sejauh ini Aksi Bergizi yang dilakukan Jawa Timur menjadi yang terbanyak secara nasional. Dimana telah diikuti 437 sekolah dengan sebanyak 117.796 siswa di Jawa Timur.
"Untuk itu kembali saya mengajak pada peringatan ini sebagai momentum yang tepat untuk melaksanakan gerakan Aksi Bergizi secara masif dan rutin," ajaknya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait