Bukan hanya Handika, namun keempat Spartan lainnya juga berjuang dengan sangat apik di event Paris-Brest-Paris.
Handika, Lucky BW, Afandi Munir,Adipati Bob, dan Datya yang menjadi perwakilan dari Indonesia tidak mengecewakan para pecinta sepeda. Berbekal semangat “Everyone Can” kelima spartan ini, bersama Sport-Gel sukses menuntaskan misi ini dengan semangat dan kerja keras.
Handika yang sebelumnya menyelesaikan 600 Km dalam waktu 21 Jam, kini meningkatkan performanya di event paris-Brest-Paris 2023.
Padahal target dari ketiga Spartan tersebut menuntaskan tantangan Paris-Brest-Paris dengan jarak tempuh 1.200 km, dalam kurun waktu 80 jam.
Namun dengan kegigihan dan kerja kerasnya, Handika yang merupakan seorang kapten tim cyclist spartan Indonesia menuntaskan salah satu event tertua ini dalam kurun waktu kurang dari 3 hari.
“Sebenarnya waktu bisa lebih cepat, tapi di km 960 kaki saya bermasalah, jadi agak sedikit sakit di bagian lutut. Sepanjang 240 km saya menggunakan kaki kiri untuk medal," kata Handika yang telah menaklukan event bersepeda berjarak 1.200km tersebut.
“Kaki kanan hanya ikut saja, krn tidak bisa ditekan dan sudah sakit sekali," tambahnya.
Berbeda dengan ketika gowes Jakarta-Bali, di Paris-Brest-Paris ini tentu para Spartan tak mendapatkan support dari siapapun, kecuali Ej-Sport “Everyone Can”.
Setelah memecahkan rekor di negeri sendiri, mereka pun menaklukkan tantangan paris brest paris yang diselenggarakan di Paris dengan jarak tempuh 1.200 km.
Dalam Paris-Brest-Paris ini, mereka pun membuktikan dan membawa harum nama Indonesia bersama EJ Sport “Everyone Can”.
Handika mengakui dirinya sering mengikuti event, mulai dari 200, 400, sd 600km. Kebetulan di Paris ini 1.200, tanpa basa-basi ia menantang untuk langsung mengikuti di paris.
Handika juga mengaku rutin latihan 100 km per hari, serta mengkonsumsi EJ-Sport agar mampu membuat Massa otot lebih tahan lama.
Sebenarnya Handika hampir menyerah di km 960. Tapi ia merasa ada dorongan bahwa misi ini harus selesai. Karena ia ingin donasikan ke anak-anak yatim piatu.
Bahkan di km 960 Handika sempat istirahat 1 jam karena rasa sakit yg tidak bisa ia tahan. Ditambah kaki kanannya tidak bisa menekan pedal dan sisa perjalanan tersebut menggunakan kaki kiri. Dengan tekadnya ia melanjutkan perjalanan dan berhasil menaklukan Paris-Brest-Paris 2023.
Untuk rencana kedepannya, seorang handika akan melakukan proses recovery penyembuhan kaki. Sekaligus juga acara bersama EJ-SPort untuk santunan anak yatim piatu, untuk memberikan donasi yang sudah terkumpul.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait