Lebih lanjut orang nomor satu di Korps Marinir menegaskan bahwa kualifikasi komando, serta baret ungu berlambang keris samudera yang dikenakan bukan hanya sekedar pelengkap seragam, Namun merupakan identitas sebagai prajurit pasukan pendarat amfibi Korps Marinir TNI Angkatan Laut.
"Hal ini menandai bahwa mulai saat ini prajurit harus berpola pikir, dan berpola tindak, sesuai dengan Janji Prajurit Korps Marinir yang telah diucapkan beberapa saat yang lalu," tegasnya.
Menjadi Marinir, lanjutnya adalah panggilan jiwa. Menjadi Marinir adalah panggilan kata hati.
Kepada prajuritnya, Dankormar Mayjen TNI (Mar) Nur Alamsyah berpesan agar bangga menjadi prajurit Korps Marinir. Korps yang selalu menjadi kebanggaan, serta andalan bangsa dan negara. Ia menegaskan, setiap prajurit harus menumbuhkan dan memupupuk kesadaran di dalam sanubari.
“Prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut, yang profesional dan tangguh, yang religius dan humanis, serta senantiasa siap tampil sebagai garda terdepan, dalam membela, dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia," pungkasnya.
Kegiatan pembaretan diawali dengan Inspektur Upacara tiba di tempat, Hymne Marinir, Penghormatan kepada Irup, Laporan Komandan Upacara, Pataka Korps Marinir memasuki lapangan upacara, Penghormatan kepada Pataka Korps Marinir, Pembacaan Surat Keputusan Dankormar, Pemutaran audio pidato Presiden Soekarno, Pembacaan pesan terakhir Prajurit KKO Usman & Harun, Pemakaian Baret oleh Inspektur Upacara, Pengucapan Janji Prajurit Korps Marinir, Amanat Inspektur Upacara, Doa, Demontrasi Yel Yel oleh para Siswa, Demontrasi bela diri dan halang rintang oleh siswa diakhiri Foto Bersama.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait