Berdasarkan catatan media, sebagai pelaku utama dalam industri energi panas bumi di Indonesia, PGEO memiliki portofolio proyek yang luas dan beragam. Dengan teknologi canggih dan tim ahli yang berpengalaman, mereka mengelola rantai nilai produksi energi panas bumi mulai dari eksplorasi hingga distribusi. Memiliki kapasitas terpasang secara own operation sebanyak 672 MW, dan 1205 MW dari Joint Operation Contract (JOC) yang berasal dari 15 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang terbagi ke dalam 6 (enam) area operasi.
Mufti juga mengapresiasi kiprah PGEO yang turut berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. “Dengan menggantikan sumber energi konvensional, energi panas bumi yang dihasilkan oleh perusahaan ini memiliki dampak positif dalam mengatasi perubahan iklim global,” jelas Mufti.
Saat ini, area operasi PGEO terdiri atas 13 wilayah kerja, antara lain, di Kamojang, Karaha, Lahendong, GunungSibualu-Buali, GunungSibayak-Sinabung, Sungai Penuh, Hululais, Lumut Balai dan Margabayur, Way Panas, Pangalengan, Cibereum-Parabakti, Tabanan, dan Seulawah.
“Kami juga mendorong dan mengapresiasi PGEO untuk terus berinvestasi dalam teknologi canggih dan inovasi guna meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas, misalnya dengan mengoptimalkan proses ekstraksi panas bumi, penggunaan sumber daya, dan pengurangan limbah. Inisiatif ini membantu memajukan teknologi energi panas bumi dan mendorong kemajuan industri energi ramah lingkungan nasional,” pungkas Mufti.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait