Bukan omong kosong belaka atau mimpi di siang bolong, Ganjar sudah memulainya. Saat menjabat Gubernur Jateng, ia mendirikan tiga SMKN Jateng boarding school yang dikhususkan bagi siswa miskin. Ganjar juga menggandeng perusahaan agar ikut terlibat dalam penyusunan kurikulum dan metode pengajaran.
"Dan itu berhasil, 100 persen lulusan SMKN Jateng tidak ada yang menganggur. Mereka keterima bekerja di Jepang, Korea dan banyak negara serta perusahaan-perusahaan besar lainnya," ucapnya.
Ganjar menambahkan, setelah pendidikan disiapkan dengan baik, maka yang harus dilakukan yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Dan menurut Ganjar, investasi merupakan cara terbaik untuk mewujudkan itu.
Namun tidak hanya itu, banyak anak muda saat ini tidak mau terikat dalam pekerjaan. Banyak anak muda kreatif yang justru membuat usaha sendiri. Untuk itu, pemerintah juga harus memfasilitasi, semisal dengan menyediakan creative hub.
"Maka entrepreneurship mesti dibuka lebar-lebar. Creative hub meski disiapkan banyak-banyak dan negara mesti memberikan dukungan untuk itu. Lapangan pekerjaan di digital ekonomi sangat besar dan anak muda kreatif Indonesia sudah banyak yang terjun di dalamnya," pungkasnya.
Sementara itu menurut Pemerhati Pendidikan Surabaya Aisyah Nur Hayati, problem pengangguran terdidik di Indonesia memang harus diselesaikan dengan baik. Meskipun sebenarnya, dari sisi kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan SDM itu memang sudah tidak seimbang. Namun banyak cara untuk menurunkan angka pengangguran terdidik.
Ia melihat, program Ganjar Pranowo terkait link and match itu merupakan salah satu jalan keluar mengurangi angka pengangguran terdidik. Namun harus diseriusi dengan baik dan pemerintah harus bisa menjadi leader dalam melakukan perubahan tersebut. Anak-anak Indonesia yang disiapkan untuk siap bekerja, keterampilan perlu diasah lagi. Selain itu, memang ada profesi tertentu yang mengharuskan menempuh pendidikan lanjutan agar lebih expert.
"Untuk profesi tertentu memang ada yang siap bekerja. Tapi ada juga yang fokus profesi harus ada pendidikan lanjutan. Di Jatim misal, dulu ada program SMK setiap tahun ngajak duduk perusahaan untuk evaluasi siswa yang magang di perusahaan itu. apa yang kurang, yang harus diperbaiki, yang dibutuhkan perusahaan dan sebagainya. Program link and match yang disampaikan Pak Ganjar itu bagus. Pada akhirnya kan tahu perusahaan butuh apa sih sebenarnya. Dan keterampilan itu harus diasah dulu. link & match bukan hanya untuk bekerja tapi juga untuk keterampilan," kata Aisyah.
Link & match yang dicetuskan Ganjar itu sangat relevan untuk masa depan Indonesia. Bisa saja program link & match itu malah masuk untuk mata pelajaran atau mata kuliah dan keterampilan. Selain itu sekolah atau lembaga pendidikan harus memberikan fasilitas yang memadai untuk mencetak anak-anak yang siap bekerja atau berkarya tersebut.
"Karena ada pengalaman di salah satu SMK yang jurusannya akuntansi dan berbasis komputer itu malah tidak bisa program excel. Jadi kalau ada link and match, lembaga pendidikan juga harus siap memberikan fasilitas," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait