Mengabdi di Pesantren, Tim PKM FK Unair Ajarkan Santri Produksi Jamu Bubuk Herbal

Ali Masduki
Kegiatan pelatihan yang digelar oleh tim PKM FK Unair ini sangat dirasakan manfaatnya bagi peserta dan pondok pesantren, sebagai langkah untuk mendapatkan sumber pendanaan untuk operasional pondok pesantren. Foto/Istimewa

SIDOARJO, iNewsSurabaya.id - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Kedokteran Unair (FK Unair) Bagian Farmakologi, mengajarkan para santri Pondok Pesantren Nurul Huda Sidoarjo, Jawa Timur, cara memproduksi jamu herbal bubuk.

Santri-santri itupun dilatih bagaimana memanfaatkan tanaman herbal dan cara pembuatan bahan jamu dengan mengolah tanaman menjadi serbuk. Kegiatan mengabdi di Pesantren pada Sabtu, 11 November 2023 ini menghadirkan narasumber dr. Yuani Setiawati dan Dr. Rochmah Kurnijasanti dari Fakultas Kedokteran Unair.

Keduanya menyampaikan materi dasar, mulai dari kegunaan, pembuatan produk berbahan dasar herbal, teknik pengemasan dan potensi ekonomi dari tamanan herbal itu sendiri. Hasil olahan nantinya bia dipasarkan di pondok pesantren maupun untuk dijual di luar wilayah pondok pesantren. 

Dr. Rochmah Kurnijasanti mengatakan, terdapat berbagai metode untuk mengemas produk tanaman herbal sehingga lebih praktis dan mudah untuk digunakan. Yakni serbuk biasa, serbuk granul dengan gula, dan serbuk effervescent. 

"Serbuk effervescent merupakan sediaan hasil dari gabungan senyawa asam dan basa yang bila ditambahkan dengan air (H2O) akan bereaksi melepaskan karbon dioksida (CO2), yang biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat," terangnya. 

Keuntungan dari serbuk effervescent ini dapat menyamarkan rasa pahit dan bau yang tidak sedap, serta lebih praktis. Sehingga dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul. 

Rochmah mengungkapkan, kehadiran timnya di Pondok Pesantren Nurul Huda di Desa Benndo Tretek, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo ini selain memberikan pelatihan juga untuk mendorong kemandirian ekonomi pesantren

Kegiatan ini juga dalam rangka mendukung program Direktorat PD Pontren yang telah digulirkan mulai tahun 2020. Yakni mendorong kemandirian pesantren. Sehingga pengabdian kepada masyarakat ditujukan untuk menginisiasi pembentukan unit usaha yang nantinya dapat menjadi motor ekonomi pondok pesantren Nurul Huda.

"Pondok pesantren Nurul Huda termasuk dalam kategori pondok pesantren yang belum mempunyai unit usaha. Pengembangan pondok pesantren Nurul Huda berasal dari para donatur dan usaha pribadi pemimpin pondok pesantren," ujarnya.

Nurul Huda, kata dia, mempunyai lahan tidur yang belum termanfaatkan. Didirikan sejak tahun 1990, ponpes ini masih memiliki lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Dari luas tanah sekitar satu hektar, hanya terpakai untuk bangunan 800 m2.

Untuk itu, agar lebih mengoptimalkan fungsi dan mengerakkan motor ekonomi, maka perlu dilakukan pemberdayaan lahan tidur dengan budidaya tanaman herbal. 

Disamping itu inisiasi untuk pemberdayaan santri dengan mengolah tanaman herbal yang sebelumnya sudah dilakukan akan tetapi hanya terbatas untuk permintaan tamu pondok pesantren. 

Rochmah menjelaskan bahwa sebagian besar santri adalah pelajar sekolah. Dan sebagian lagi adalah pelajar yang telah lulus sekolah yang mengkhususkan diri menjadi santri. Menariknya, dari total 100 santri, sebanyak 50% santri berada pada usia produktif yang berasal dari lingkungan sekitar ponpes.

"Santri pondok pesantren inilah yang akan menjadi ujung tombak, contoh dan motivator," tutur Rochmah.

Ia mengungkapkan, masyarakat kecamatan Prambon kebanyakan memperoleh pendidikan melalui pesantren. Sehingga para santri masih perlu pembinaan lebih lanjut guna peningkatan pengetahuan dan kemampuan. 

"Sampai saat ini pesantren masih perlu mengembangkan potensinya untuk lebih berkembang lagi. Untuk mengembangkan potensinya, pesantren pada saat ini masih didukung oleh para donator, akan tetapi dukungan tersebut masih belum mencukupi untuk mendanai biaya operasional dan pengembangan pondok pesantren," terangnya. 

Rochmah bilang, dalam konteks kontestasi ekonomi global, hadirnya komunitas ekonomi pesantren yang mandiri akan menjadi modal sosial dan inspirasi umat agar ekonomi masyarakat lokal tidak kalah dan tergeser oleh pemain global. 

"Pesantren dengan masyarakatnya mempunyai peluang untuk mewujudkan hal tersebut," tegasnya.

Menurut dia, untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren, sekalipun fungsi pesantren sebagai pemberdaya sosial belum diatur lebih lanjut, namun berbagai terobosan mulai bergulir. 

"Pesantren harus mulai membangun kekuatan ekonomi, sebagai penopang dan sekaligus menjadi motor pemberdayaan ekonomi," tegasnya.

Berdasar data pemetaan pesantren dari Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan terdapat ada empat tipologi ekonomi pesantren berdasarkan jumlah usaha. Pertama, pesantren yang memiliki lebih dari lima unit usaha ekonomi (5%).  

Kedua, pesantren dengan 3 - 5 unit usaha (26%). Ketiga, pesantren yang hanya punya 1-2 unit usaha (54%). Keempat, pesantren yang belum memiliki unit usaha (15%). Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan pesantren, yaitu 85 % pesantren sudah memiliki unit usaha. 

Kegiatan pelatihan yang digelar oleh tim PKM FK Unair ini sangat dirasakan manfaatnya bagi peserta dan pondok pesantren, sebagai langkah untuk mendapatkan sumber pendanaan untuk operasional pondok pesantren.

Beberapa santri pondok pesantren sangat berharap adanya pendampingan berkesinambungan untuk mendukung terciptanya usaha serbuk herbal di Pondok Pesantren Nurul Huda Sidoarjo. 
 

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network