Selain itu, cerita tentang arca harimau jantan sebesar gajah yang diyakini memiliki kekuatan magis juga memperkaya mitos di kedua desa tersebut. Meski pandhita kakak-adik itu sudah moksa, arca harimau itu menjadi penjaga desa dari potensi tindak kejahatan.
Sebagian besar warga masih mempercayai mitos ini, meskipun air dari lubang hidung dan dubur arca telah berhenti mengalir. Dengan berbagai kisah mistis dan tradisi unik, Desa Siman dan Besowo tetap menjadi magnet bagi mereka yang mencari kedamaian dan keamanan.
“Jika ada orang yang melanggar larangan tersebut, seketika dia akan mati karena dimangsa harimau,” demikian dikutip dari buku Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan (2021).
Nyaris seluruh warga desa Siman dan Besowo menaati larangan itu. Mereka percaya akan tertimpa celaka jika berani melanggar. Sebab setiap kali ada perselingkuhan atau pencurian, tidak sampai tiga hari pelaku ditemukan mati diterkam harimau.
Desa Siman dan Desa Besowo secara topografis berada tidak jauh dari kawasan sungai atau kali Serinjing. Sebuah punden kuno ditemukan di Dusun Bogorpradah Desa Siman.
Punden yang berada di bawah pohon pule itu diyakini dulunya permukiman kuno di mana di sekitarnya banyak ditemukan artefak.
Sementara dengan banyaknya kejadian pelaku kejahatan mati dimangsa harimau di Desa Siman dan Besowo, semua orang takut berbuat jahat atau melakukan pelanggaran moral.
Dalam perjalanannya lantaran saking kuatnya bertirakat (tapa), dua pandhita kakak adik itu moksa dan hanya meninggalkan sepotong celana dan baju. Meski demikian larangan tidak melakukan kejahatan tetap dipatuhi warga desa.
Dalam Kisah Brang Wetan disebutkan, hingga tahun 1911 Desa Siman dan Besowo tercatat sebagai desa yang aman dan tenteram. Nyaris tidak pernah terjadi tindak kejahatan atau pelanggaran moral.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait