SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pakar Antropologi Universitas Airlangga (Unair) Toetik Koesbardiati menyebut 10 ribu kentungan yang dilakukan oleh Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri merupakan makna kewaspadaan.
Diketahui orang nomor satu di PDI Perjuangan memimpin pemukulan kentungan dihadapan ratusan ribu massa yang hadir di acara kampanye akbar Ganjar Pranowo-Mahfud MD, di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Sabtu (3/2/2023).
Toetik menyampaikan kentungan yang terbuat dari bambu yang dilubangi sedemikan rupa adalah alat sederhana yang saat dipukul merupakan simbol valid terhadap suatu kejadian dalam suatu masyarakat. Kentungan sendiri disebut pengirim informasi berbasis local wisdom.
“Biasanya etnis Jawa dan Bali yang memiliki adat kentungan ini. Kalau dulu ada kode asap, atau burung untuk memberitakan sesuatu,” kata Toetik saat dihubungi, Minggu (4/2/2023).
Ia menjelaskan simbol bunyi dan tempo tidak pernah salah dalam mengirim pesan. Setiap nada dan tempo mempunyai makna yang berbeda. Misalnya, berita kematian akan berbeda bunyinya dengan ancaman bahaya.
“Berbeda pula jika ada undangan untuk berkumpul seperti rapat atau kenduri. Jika kentongan dengan kode tertentu dibunyikan, dengan otomatis masyarakat akan keluar untuk berkumpul sesuai dengan kode bunyi dan tempo,” jelasnya.
“Jika bunyi dan tempo 6 kali lalu jedah dan diulang 6 kali (doro muluk) tanda ada kematian. Orang akan segera mencari tahu siapa yang meninggal,” tambahnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait