SURABAYA, iNews.id - Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Anik Maslachah mengungkapkan apresiasinya terhadap wadah jurnalis nahdliyin di tengah masyarakat. Bahkan sebagai kader NU, ia mengaku bangga dengan eksistensi jurnalis yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama.
Kader perempuan NU pertama yang menjadi pimpinan DPRD Jatim ini berharap wadah seperti Forum Komunikasi (Forkom) Jurnalis Nahdliyin tidak sekedar melakukan aktifitas publikasi. Tetapi juga ikut membangun peradaban bangsa.
"Sebagai kader NU, saya bangga melihat teman-teman jurnalis yang berafiliasi dengan NU mulai bermunculan dan kompetitif. Tinggal bagaimana temen-teman jurnalis NU dapat menjaga marwah kebebasan pers yang dapat dipertanggungjawabkan," tutur Anik menyampaikan harapannya di Hari Pers Nasioanal (HPN) 2022, Rabu (9/2/2022).
Mantan Ketua Ikatan Pelajar Putra-Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Wilayah Jawa Timur ini mengungkapkan, pers sebagai pilar ke-4 demokrasi menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat. Ia juga berharap pers menjadi bagian dalam proses pembangunan.
Sebab, lanjut Anik, dengan media, masyarakat bisa beropini, berpendapat, menyalurkan aspirasi sekaligus fungsi penyampai kebijakan-kebijakan pembangunan. Karena itu, pers harus menjadi menjadi penyampai informasi fakrual, obyektif dan mengedukasi untuk menjadi media terpercaya.
"Pers bisa menjadi mitra pemerintah dalam penyampai kebijakan, sekaligus mitra masyarakat sebagai kontrol sosial dan kritik konstruktif (membangun) pada pemerintah," ujar politikus PKB ini.
Koordinator Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN), Muhamad Didi Rosadi mengatakan sebagai jurnalis, profesionalisme menjadi yang utama. Menurutnya, bila jurnalis bekerja dengan profesional maka produk jurnalistik yang dihasilkan tentu bisa dipercaya dan bermutu.
Kader muda NU ini mengungkapkan secara kultural pihaknya berafiliasi dengan NU. Namun secara profesi afiliasinya ke PWI. Karena itu, dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik tetap menjunjung profesionalisme dan independensi.
"Teman-teman FJN, mayoritas bekerja di media umum, tapi kulturnya NU. Karena itu, kita butuh wadah komunikasi sesama jurnalis yang DNA-nya NU. Dengan begitu kita tidak putus dengan amaliah dan tradisi nadliyin," pungkas pria yang akrab disapa Diday itu.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait