Bantuan Korban Gempa Bawean Minim, Warga Merana Jelang Idul Fitri

Lukman Hakim
Warga Merana Jelang Idul Fitri karena bantuan yang diharapkan tak kunjung datang. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Bantuan pemerintah untuk warga korban gempa di pulau Bawean, Kabupaten Gresik masih minim. Hal itu berdasarkan hasil asesmen relawan Gusdurian Peduli pada Jumat (29/3/2024) di dua lokasi pengungsian. 

Yakni Dusun Dedawang, Desa Jati Dawang, Kecamatan Tambak dan Dusun Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Para pengungsi di tenda-tenda darurat sejak Jumat (22/3/2024) itu mengaku masih minim bantuan, khususnya sembako atau sembilan bahan pokok. 

Salah satu relawan Gusdurian Peduli, Kristian Wibowo mengatakan, untuk hasil asesmen di Dusun Dedawang dan Dusun Rabe diketahui, warga terdampak mengeluhkan minimnya bantuan sembako yang mereka terima. 

Tidak hanya minimnya bantuan sembako, Kristian mengatakan, warga terdampak di dua wilayah itu juga mengaku kekurangan terpal untuk dinding tenda. Akibatnya, bila terjadi hujan, air menggenangi alas tenda. “Bantuan selimut, dan obat nyamuk juga masih kurang. Saat ini, penyakit seperti demam, flu, dan batuk pilek juga mulai menyerang mereka,” kata Kristian, Selasa (2/4/2024).

Untuk setiap harinya, lanjut Kristian, sebagian besar warga terdampak yang ada di Dusun Dedawang dan Dusun Rabe tidak ada di tenda pengungsian. Ada yang beraktifitas seperti biasa, namun ada juga yang menjaga rumahnya. Sedangkan pada malam harinya, mereka tidur di tenda-tenda pengungsian. 

“Mereka enggan tidur di rumahnya karena masih trauma dengan peristiwa gempa. Apalagi, beberapa hari kemarin kan terjadi beberapa gempa susulan,” ungkapnya.

Sedangkan untuk masalah air, kata Kristian, warga terdampak di pengungsian menggunakan air sumber untuk kebutuhan mandi, minum, dan lain sebagainya. Selama ini, mereka tidak mengalami hambatan. “Tapi, setelah gempa kemarin, kebanyakan dari mereka masih trauma untuk mandi atau buang air besar (BAB) di rumahnya. Jadi, sebagian ada yang mandi dan BAB di sungai,” ujarnya.

Ketua Gusdurian Peduli, Aak Abdullah Al-Kudus mengungkapkan bahwa pihaknya telah menggandeng relawan lokal untuk upaya mempercepat pendistribusian bantuan kepada ribuan warga terdampak gempa Bawean. Menurut Gus Aak, sapaan Aak Abdullah Al-Kudus, upaya tersebut dilakukan karena untuk mendistribusikan bantuan ke lokasi terdampak, khususnya di Pulau Bawean, tidaklah mudah. 

Sebagai pulau kecil, lanjut Gus Aak, pihaknya memiliki kesulitan untuk menyalurkan bantuan ke Pulau Bawean. Sebab, jalur yang menantang membuat kendaraan yang mengangkut bantuan tidak bisa bergerak dengan cepat. 

“Untuk itu, Gusdurian Peduli bekerjasama dengan relawan lokal dan lembaga-lembaga terkait untuk segera mungkin mendistribusikan bantuan,” ujarnya.


Warga Merana Jelang Idul Fitri karena bantuan yang diharapkan tak kunjung datang. Foto iNewsSurabaya/ist

Beberapa lembaga yang terlibat dalam respon gempa Bawean antara lain, yaitu PCNU Bawean, LAZISNU, Banser, Ansor Bawean, Gusdurian Gresik, Gusdurian Tuban, Karina Keuskupan Surabaya, dan PSMB UPN Veteran Yogyakarta. ”Relawan lokal berperan besar membantu distribusi bantuan kepada warga terdampak. InsyaAllah, Gusdurian Peduli bisa melakukan respon lebih cepat dan efektif,” kata Gus Aak.

Sementara itu, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono mengatakan, upaya penanganan gempa di Pulau Bawean baik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Provinsi, Pusat, dan stakeholder terkait telah berjalan maksimal. Pemprov Jatim, kata dia, selalu memastikan ketercukupan kebutuhan logistik, hingga bantuan psikososial untuk para korban gempa yang saat ini masih banyak yang mengungsi. 

“Tanggal 25 Maret 2024 kemarin kami sudah mengirimkan bantuan logistik seperti beras, nasi siap saji, mie instan, minyak goreng, makanan bayi, tenda, terpal, kasur lipat dan lain sebagainya. Selain itu kami juga sudah menerjunkan relawan Jatim Social Care dan Tagana untuk memberikan dukungan psikososial berupa trauma healing,” ujarnya. 

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, saat ini terdapat total 10.485 anak-anak, 18.599 dewasa, dan 5.065 lansia di Pulau Bawean yang harus mengungsi akibat gempa. Hal ini dikarenakan gempa yang terjadi pada Jumat (22/3/2024) lalu masih terus diikuti gempa susulan (aftershock). Hingga Sabtu (30/3/2024) pada pukul 12.00 WIB tercatat terjadi 387 kali gempa susulan. 

“Saya rasa semua bantuan sudah pada datang, semua kebutuhan logistik, peralatan tidur sebagian sudah datang. Sekarang yang paling utama adalah rumah-rumah yang rusak, fasilitas umum yang rusak, itu harus diperbaiki karena layanan publik harus berjalan,” ujar Adhy.

Data dari BPBD Jatim juga menunjukkan, di Pulau Bawean terdata sebanyak 3.920 rumah rusak ringan, 1.615 rusak sedang, dan 941 rusak berat. Kemudian kerusakan juga terjadi pada 198 tempat ibadah, 101 sekolah, dan 23 gedung kantor. 

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network