Yuddy juga menyitir studi yang dilakukan oleh dua lembaga internasional, Goldman Sachs dan PricewaterhouseCoopers. Kedua lembaga tersebut, kata dia, telah memprediksi Indonesia menempati peringkat ke-4 terkaya di dunia pada 2050.
Prediksi itu disusul juga dengan potensi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang bakal menembus USD6,3 triliun atau menyusul China (USD41,9 triliun), Amerika Serikat (USD37,21 triliun), dan India (USD22,2 triliun).
“Indonesia diprediksi akan mampu mengungguli Jerman, Jepang, dan sejumlah negara lainnya. Ini menjadi hal positif sekaligus motivasi bagi Indonesia. Untuk itu, presiden terpilih ke depan harus bisa melihat ancaman maupun peluang yang dimiliki oleh Indonesia,” ujar Yuddy.
Deputi Hubungan Luar Negeri dan Ekonomi Repnas Prabowo-Gibran, Hendy Setiono memberikan masukan untuk posisi Menlu harus dapat memahami, mengetahui, dan menyetujui program kerja yang bakal dirancang oleh pasangan Prabowo-Gibran.
Ia juga mengatakan seorang calon menteri, termasuk Menlu, harus memahami dan menjalankan program kerja presiden terpilih, bukan program kerja masing-masing secara sektoral.
"Dia (Menlu) akan melaksanakan program kerja dari kebijakan presiden, bukan kebijakan menteri. Kebijakan menteri sebagai elaborasi atau penterjemahan dari kebijakan presiden,” kata Hendy.
Bos Kebab Turki Baba Rafi ini berharap untuk posisi Menlu harusnya sesuai dengan visi-misi Prabowo-Gibran untuk meneruskan dan menajamkan lagi soal diplomasi ekonomi yang selama ini telah bangun oleh pemerintah sebelumnya.
Menurut dia, lima tahun ke depan Menlu terpilih harus tetap fokus menetapkan kerangka yang lebih kuat lagi dalam hal diplomasi ekonomi, misalnya memperkuat diplomasi ekonomi bidang ketahanan pangan, energi, industri strategis, dan juga resources lainnya.
“Dengan meningkatnya kerja sama perdagangan internasional, Menteri Luar Negeri, harus berupaya membuka dan memperluas akses pasar untuk meningkatkan kepentingan ekonomi nasional, “ katanya.
Pria yang kini juga aktif bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini juga memberikan masukan dalam memilih kandidat Menlu itu harus mempertimbangkan sosok diplomat yang mengerti dan memahami mengenai diplomasi ekonomi serta menjadi rekonsiliator terhadap konflik global.
Menurut dia, keinginan semacam itu sebenarnya sudah beberapa kali disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan pidatonya. Presiden Joko Widodo menyampaikan keinginannya agar diplomat bisa menjadi marketer yang dapat membangun dan meningkatkan investasi asing untuk masuk ke dalam negeri.
“Sebagai orang muda, saya berharap pemerintahan ke depan bisa memberikan kepercayaan kepada diplomat muda yang berjiwa entrepreneurship,” kata Hendy.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait