Stunting Jadi Tantangan Masa Depan, Begini Ungkapan Dr Dwi Astutik

Lukman Hakim
Stunting Jadi Tantangan Masa Depan. Foto iNewsSurabaya/tangkap layar

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dihadapkan pada tantangan besar dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2024. Salah satu rintangan utama adalah tingginya angka stunting yang masih merata di berbagai daerah di Indonesia.

Di Jawa Timur, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting tercatat sebesar 17,7%. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 19,2% berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Meskipun demikian, angka tersebut masih lebih rendah dari rata-rata nasional yang berada di angka 21,6%.

“Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita semua harus bergandengan tangan untuk membantu pemerintah melakukan aksi nyata guna mencegah stunting di Indonesia,” ujar Dr. Dwi Astutik

Ia menyampaikan hal ini saat menjadi pembicara dalam Workshop Pembuatan Skenario dan Produksi Film Pendek mengenai permasalahan stunting dan solusinya di Gedung Kartini Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jatim, Kamis (23/5/2024).

Workshop ini diselenggarakan oleh Pusat Kajian Pendidikan dan Budaya Dewantara dari Yayasan Karakter Pancasila, BMPS Jatim, Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), serta Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Dr. Dwi Astutik menekankan pentingnya peran semua pihak dalam mengatasi masalah ini, mengingat dampaknya yang dapat mengancam generasi masa depan Indonesia. “Stunting ini masalah serius yang mendunia, termasuk di Indonesia,” tegas Dwi Astutik, yang juga merupakan Dewan Pakar Muslimat Jawa Timur.

Gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan, menurutnya harus dicegah sejak dini karena dampaknya yang sangat serius. 

Penderita stunting akan mengalami peningkatan morbiditas, penurunan kekebalan sistem imun, dan peningkatan risiko infeksi. Efek jangka panjangnya bisa menyebabkan kegagalan anak dalam mencapai potensi kognitif dan fisiknya. 

“Kalau sudah demikian, pasti akan mempengaruhi kapasitas kerja dan status sosial ekonomi masa depan mereka. Karena itu harus dicegah,” imbuhnya di hadapan pelajar SMA dan SMK negeri serta swasta di Jatim.

Dwi Astutik sangat mengapresiasi program Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakilnya Gibran Rakabuming Raka yang sejak awal berkomitmen memberikan makanan dan susu gratis bagi seluruh siswa-siswi di Indonesia. 

Menurutnya, program ini akan sangat berpengaruh pada kualitas dan produktivitas tumbuh kembang anak-anak Indonesia. “Sungguh kami yang sudah lama berjuang melawan stunting dan memberdayakan anak-anak Indonesia, termasuk anak-anak jalanan, bersyukur Pak Prabowo mempunyai gagasan dan program kemanusiaan seperti itu,” pujinya.

Ketua Rumah Singgah Griya Pena Kharisma Khadijah ini juga menyoroti bahwa kekurangan gizi kronik berhubungan dengan status sosio-ekonomi rendah, asupan nutrisi yang buruk, kesehatan ibu yang tidak optimal, riwayat sakit berulang, dan praktik pemberian makan bayi yang tidak tepat.

Workshop tersebut dibuka oleh Direktur PMM Kemdikbudristek yang diwakili oleh Pokja Apresiasi dan Literasi Film, Roro Dyah Mukminah. Selain itu, hadir pula Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim yang diwakili oleh Kepala UPT TIKP Disdik Provinsi Jatim, Dr. Mustakim, Ketua BMPS Jatim, Abdullah Sani, Ketua Pusat Kajian Pendidikan dan Budaya Dewantara, Ki Tato Darmanto, serta para narasumber dan guru pembimbing siswa SMA-SMK Jatim.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network