Dia menambahkan, para monyet itu sangat berharap mendapat makanan dari wisatawan. Memberi makan kera-kera menjadi salah satu upaya menjaga ekosistem. Hal yang lebih penting, mencegah monyet itu keluar dari hutan dan tidak masuk ke permukiman.
Bukan hanya Mak Nap saja, masyarakat sekitar juga menyadari betul pentingnya keberadaan Alas Simpenan. Dulunya terdapat jalan aspal yang membelah hutan. Lintasan itu menghubungan Desa Satak dengan Desa Manggis. Namun, pada tahun 2014, pemerintah, perhutani, dan warga sepakat menutup jalur yang sudah digunakan sejak era Belanda itu.
“Jalan lama terpaksa ditutup karena sering membahayakan satwa, sering ada hewan seperti monyet dan ular yang tidak sengaja terlindas,” kata Mbak Nap.
Mbak Nap juga menambahkan, keberadaan hutan Simpenan menjadi salah satu sandaran ekologi di kawasan kaki Gunung Kelud. Ketika terjadi hujan besar di gunung yang berpotensi menyebabkan banjir bandang, wilayah seperti Desa Manggis dan kawasan permukiman disekitarnya akan terselamatkan karena dilindungi pepohonan besar Cagar Alam Alas Simpenan.
Lokasi ini sangat bagus untuk wisata alam, karena ekindahan alam yang masih alami. Setiap anak yang diajak ke sana pasti merasa senang, karena bisa melihat secara langsung hewan-hewan. Namun keindahan alam ini sirna bagi korban pemerkosaan bapak kandung. Ia harus menderita seumur hidup karena nafsu yang tak terkendali sang bapak.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait