Selama Januari–Mei 2024, Suparma Bukukan Penjualan Hingga Rp1,05 Triliun

Lukman Hakim
PT Suparma Tbk mencatat, selama Januari – Mei 2024 penjualan sudah mencapai Rp1,05 triliun atau setara 33,9% dari target penjualan tahun ini yang sebesar Rp3,1 triliun. Foto iNewsSurabaya/lukman

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Perusahaan tisu dan kertas PT Suparma Tbk mencatat, selama Januari – Mei 2024 penjualan sudah mencapai Rp1,05 triliun atau setara 33,9% dari target penjualan tahun ini yang sebesar Rp3,1 triliun. 

Selama periode tersebut, kuantitas penjualan kertas emiten berkode SPMA itu sebesar 86.974 metric ton (MT) atau setara dengan 33,8% dari target kuantitas penjualan produk kertas tahun 2024 yang sebesar 257.517 MT. “Sedangkan untuk hasil produksi kertas sebesar 88.331 MT atau setara dengan 33,7% dari target produksi kertas tahun 2024 yang sebesar 261.804 MT,” kata Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur, Jumat (14/6/2024).

Sementara itu, selama tahun 2023 harga jual duplex turun sebesar 30% yang mengakibatkan penjualan bersih turun 15% dan laba komprehensif tahun berjalan turun 47%. Pada tahun 2023, Suparma menghadapi beberapa tantangan ekonomi global. Satu di antaranya adalah turunnya harga komoditas.  

Penurunan harga komoditas tersebut berdampak pada penurunan harga jual rata-rata produk duplex Suparma sebesar 30%.

“Produk duplex memiliki kontribusi sekitar 39% terhadap kuantitas penjualan produk kertas Suparma,” kata Hendro.

Dia menambahkan, kuantitas penjualan produk duplex relatif tidak mengalami perubahan. Tapi disisi lain mengalami penurunan harga jual. Hal itu menyebabkan turunnya harga jual rata-rata produk kertas Suparma sebesar 18,1% dibandingkan harga jual rata-ratanya di tahun 2022. 

“Penjualan Suparma juga turun sebesar 15,3% menjadi sebesar Rp2,65 triliun,” imbuhnya.

Sementara itu, kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama tahun 2023 tumbuh 3,9% atau mencapai 220,4 ribu MT. Turunnya penjualan yang melebihi penurunan beban pokok penjualan menyebabkan Suparma membukukan penurunan laba kotor sebesar 34,5%. Dari semula Rp718,8 miliar di tahun 2022 menjadi Rp470,6 miliar di tahun 2023.

 “Sehingga marjin laba kotor tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 17,7% dari semula 22,9% di tahun 2022,” ungkap Hendro. 

Sepanjang tahun 2023, beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum dan administrasi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 9,2% dan 16,0%. 

Peningkatan ini akibat naiknya beban ekspor dan pengangkutan di beban penjualan sebesar 5,9%. Kemudian, meningkatnya gaji dan upah sebesar 9,3% di beban umum dan administrasi. 

Kenaikan beban operasional tersebut menyebabkan laba sebelum taksiran beban pajak, laba tahun berjalan dan laba komprehensif tahun berjalan Suparma mengalami penurunan masing-masing menjadi sebesar Rp237,8 miliar, Rp178,7 miliar dan Rp173,1 miliar atau masing-masing menurun 44,9%, 46,8% dan 47,7%. 

Disisi lain, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD10 juta untuk pembelian Steam Boiler baru yang lebih ramah lingkungan dibandingan Steam Boiler yang sudah ada. 

Steam Boiler baru tersebut akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16%. Dari semula 155 ton/hari menjadi 180 ton/hari. 

Steam Boiler yang baru lebih ramah lingkungan karerna ditunjang dengan spesifikasi penggunaan bahan baku batu bara sebesar 25% atau sekitar 60% lebih rendah dibandingkan yang sudah ada. Sisanya memanfaatkan limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas. 

“Hingga Mei 2024, realisasi anggaran tersebut telah mencapai USD7,1 juta dan diperkirakan Steam Boiler baru tersebut akan beroperasi di triwulan IV tahun ini,” pungkas Hendro.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network