SURABAYA, iNews.id - Film berjudul Marley yang dibintangi oleh Tyas Mirasih dan Tengku Tezi, serta seekor anjing Pitbul mewarnai jagad perfilman tanah air.
Film garapan sutradara Ridho yang mengangkat isu sosial tentang daging anjing yang diperdagangkan untuk konsumsi manusia itupun siap tayang perdana dibioskop pada 17 Maret 2022 diseluruh Indonesia.
Selain menyampaikan pesan sosial, film pertama di Indonesia yang diperankan oleh seekor anjing Pitbul tersebut juga menjadi kebanggaan bagi para pecinta satwa, khususnya komunitas pecinta anjing.
Namun, dibalik epicnya film Marley, ada cerita menarik yang dialami oleh para aktor selama proses produksi. Banyak tantangan yang dihadapi agar film berhasil mengedukasi masyarakat.
Tengku Tezi misalnya. Aktor satu ini merupakan sosok pecinta semua jenis binatang, kecuali anjing. Tengku bahkan sama sekali belum pernah menyentuh anjing. Tetapi saat bermain di film Marley, ia harus bersabahat dengan anjing Pitbul yang terkenal menyeramkan.
Nah, bagi Tengku, hal itu menjadi salah satu tantangan yang tidak mudah dan pastinya membuatnya tidak nyaman selama syuting.
"Saya terus terang belum pernah nyentuh anjing sebelumnya. Jadi bener-bener gak tahu anjing, dan ketemunya Pitbol," katanya usai Nonton Bareng Film Marley di Surabaya, Jumat (25/2/2022).
Kata Tengku, Pitbol merupakan tipe anjing yang paling susah diajarin. Paling tambeng dan keras kepala. Untuk bisa bersahabat dengan Pitbol, ia membutuhkan pendekatan selama satu bulan sebelum syuting.
"Pitbul kita semua tahu, stigmanya mengerikan. Tapi ternyata kalau kita baik dia juga baik. Tergantung pendekatan," ungkapnya.
Selain harus bersahabat dengan anjing Pitbul, Tengku juga harus berperan sebagai orang baik. Hal itu, kata dia, sangat bertolak belakang dengan kebiasaannya berakting.
"Biasanya gak baik ini jadi baik, jadi guru matematika pula. Terus gak pernah nyentuh anjing, ini sama anjing. Pokoknya semuanya bertolak belakang bagi diri sendiri. Memang ini tantangan pertama yang paling sulit," ujarnya.
Berbeda dengan cerita Tyas Mirasih. Bagi Tyas, anjing merupakan salah satu hewan yang sudah lama ia sukai. Bahkan ia tidak berpikir panjang untuk memutuskan membintangi film Marley.
"Aku memang animal lovers, kucing banyak banget. Keluargaku juga pelihara anjing. Jadi sesuatu yang berhubungan dengan binatang menurut aku ada hal yang penting," tuturnya.
Hanya saja, Tyas harus menyesuaikan karakter saat membintangi film Marley. "Karakter kita juga disini memang lumayan berbeda. Kalau aku dulu basicnya protagonis, tapi belakangan antagonis. Tiba-tiba ditawarin lagi protagonis yang kalem yang baik-baik," ucapnya.
Tyas berharap, film Marley bisa menjadi media edukasi dan penyadaran bagi masyarakat agar memperlakukan satwa liar seperti anjing, sebagaimana memperlakukan makhluk hidup lainnya. Dia menghimbau penjualan-penjualan daging anjing bisa dihindari meski bagi sebagian masyarakat sudah menjadi kebiasaan.
"Apalagi kalau ada hewan-hewan liar, kalau gak suka ya sudah. Jangan disiksa, gak usah disakiti, toh mereka juga tidak menyakiti," tandasnya.
Sekedar diketahui, ide cerita film Marley mengambil latar permasalahan penangkapan anjing yang kian merajalela di Indonesia. Film ini dibuat untuk memberi pesan sosial untuk senantiasa mencintai satwa.
Rencananya, sebagian dari keuntungan penjualan tiket tersebut akan digunakan untuk membantu shelter-shelter yang membutuhkan.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait