JOMBANG, iNewsSurabaya.id - Kawoong Innovation berbagi ilmu tentang konstruksi fondasi antisipatif gempa di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, pada Senin (05/8/2024).
Konstruksi bangunan yang kokoh, ekonomis dan antisipatif berbagai fenomena alam, khususnya bencana gempa, layak menjadi kriteria utama dalam prioritas pembangunan gedung bertingkat, termasuk di lingkungan pendidikan.
Hal tersebut menjadi kepedulian bersama antara Founder Kawoong Innovation Ir Hadi Wardoyo, SH, MH, MM, saat bertemu langsung dengan Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng, Ir H. Abdul Ghofar.
Salah satu fondasi yang antisipatif gempa adalah Konstruksi Jaring Rusuk Beton (KJRB). Fondasi ini adalah temuan inovator teknologi jebolan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, almarhum Ir Ryantori.
H. Abdul Ghoffar sebagai sesama alumni ITS juga merasa bangga dan memberi apresiasi tinggi atas pencapaian teknologi fondasi KJRB yang keandalannya fenomenal dan sangat bermanfaat bagi peradaban manusia.
Ir Ryantori adalah penemu Konstruksi Sarang Laba Laba (KSLL) bersama Ir Sutjipto yang kemudian dikenal sebagai fondasi tahan gempa karena berhasil menyelamatkan 100% bangunan yang menggunakan teknologi tersebut, saat gempa maha dahsyat pada 2004 yang beramplitudo 9,2.
Kekuatan gempa tersebut berkisar 2.000 kali lipat lebih besar dibanding amplitudo 8,0 yang secara aturan merupakan batas yang kalaupun bangunan runtuh tidaklah dianggap kesalahan konstruksi.
Ribuan nyawa dan triliunan rupiah aset negara terselamatkan. KJRB adalah temuan terakhir Ryantori dalam bidang konstruksi yang dikembangkan sejak tahun 2016.
Sesuai salah satu misi utama wakaf, yaitu peningkatan manfaat untuk kesejahteraan umat, Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) telah meningkatkan pemanfaatan berbagai inovasi teknologi kekinian.
Sejak tahun lalu berbagai teknologi, geospasial, metaverse dan teknologi-teknologi smart di bidang teknologi agri, khususnya tentang pangan dan energi, banyak yang telah difasilitasi BWPT.
Kerja sama BWPT dengan Kawoong Innovation, organisasi nirlaba yang mewadahi para ilmuwan dan inventor ini diharapkan mulai lakukan kolaborasi untuk peningkatan manfaat teknologi konstruksi.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris BWPT Imam Thoha Masyhuri, menyambut realisasi kerja sama kedua lembaga nirlaba ini.
"Kami berharap ke depan akan dapat dikembangkan berbagai kegiatan berdasar potensi masyarakat, menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 mendatang," terang Imam Thoha, Rabu (07/8/2024).
Hadi Wardoyo, pendiri Kawoong Innovation yang telah bekerjasama dengan BWPT memperkenalkan teknologi ini ke kalangan pesantren yang banyak memiliki gedung bertingkat.
"Semoga bisa menjadi amal jariyah," kata Hadi.
Harapannya dengan menggunakan fondasi ini keselamatan santri menjadi prioritas saat terjadi gempa bumi besar di Indonesia sebagai negara di kawasan cincin api yang beresiko sangat besar terjadi gempa, vulkanik maupun tektonik.
Untuk tahap awal, Pesantren Tebuireng menggunakan teknologi KJRB pada pembangunan Gedung Madrasah Muallimin Hasyim Asyari, 4 lantai dengan luas total 3.868 M2 yang sudah dimulai sejak akhir Juli 2024.
Menurut Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika dilansir dari RRI, terjadi 562 gempa bumi di Jawa Timur dan sekitarnya selama periode Juli 2024.
Masyarakat diimbau agar selalu waspada, sebab gempa bumi masih belum bisa diprediksi. Kejadian gempa bumi terbanyak terekam pada tanggal 26 Juli 2024 dengan jumlah 32 kejadian gempa bumi.
Kejadian gempa bumi tersebut disebabkan oleh aktivitas pertemuan lempeng tektonik Indo Australia dengan lempeng Eurasia serta aktivitas patahan lokal.
"Maka, sangat penting untuk setiap instansi maupun lembaga dan properti memikirkan jangka panjang penggunaan fondasi antisipatif gempa ini, sebab diharapkan bisa menyelamatkan nyawa banyak orang serta berbagai aset ketika terjadi bencana gempa," ungkap Hadi.
Kini, kata Hadi, KJRB bisa menjadi pilihan utama untuk bangunan bertingkat sebagai antisipasi terhadap potensi terjadinya gempa.
Diawali bangunan pertama di dunia yang menggunakan teknologi KJRB ini, yaitu Masjid Moeldoko Jombang, sampai Juli 2024 sudah puluhan gedung di Indonesia yang menggunakan KJRB.
Pemilihan penggunaan teknologi ini oleh PT Pelindo dengan menggunakannya di emplasemen Terminal Peti Kemas Semarang yang tanahnya selalu turun setiap tahun, seluas 16.000 meter persegi, tentu dengan penyaringan yang sangat ketat.
Teknologi fondasi ini telah teruji selain antisipatif gempa, juga mampu tetap rata dan datar walaupun dibangun di tanah lunak.
"Teknologi ini dilengkapi pasak yang mampu mengantisipasi gaya guling sehingga tidak terjadi kemiringan bangunan," lanjut Hadi yang sebelumnya pernah membantu pengembangan KSLL di seluruh Indonesia selama 20 tahun.
Saat diminta pendapatnya, Ir. Puguh Iryantoro, alumnus Teknik Sipil ITB sahabat baik Ryantori yang telah mengamati berbagai invensi almarhum sejak tahun 1980, menyampaikan kekagumannya atas prestasi teknologi fondasi KSLL dan KJRB.
“Tingkat keberhasilan 100% di Aceh tahun 2004, di Padang tahun 2009 dan berbagai tempat lain adalah prestasi super hebat," ujar Puguh yang juga dewan pengawas dan pendiri BWPT.
Pada kesempatan yang sama, Ir H. Abdul Ghofar, arsitek alumnus ITS yang telah memimpin pembangunan bayak gedung di Pondok Pesantren Tebuireng, mewakili pihak yayasan menyampaikan rasa terima kasih atas kegiatan bagi wawasan tersebut untuk menginspirasi setiap anak bangsa agar terus berkarya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait