Megawati mencetuskan pemikiran tentang pentingnya jalan kebudayaan di tengah kebuntuan hukum internasional akibat berbagai konflik geopolitik dunia dewasa ini.
“Ibu Megawati meyakini bahwa jalan kebudayaan sebagai jembatan dialog yang tepat antar bangsa demi terwujudnya perdamaian dunia dan peradaban dunia yang lebih baik,” jelas Adi.
Megawati, lanjut Adi, dalam pidato ilmiahnya juga menyinggung soal Jalur Sutra yang merupakan jejak sejarah peradaban dunia yang sangat berpengaruh dalam membentuk dunia modern di masa kini. “Ibu Megawati menyebut jalur sutera bukan sekadar mata rantai perdagangan, tetapi juga visi dan daya kepeloporan untuk membangun peradaban dunia,” jelas Adi.
Dalam sejarah, Jalur Sutra dikenal sebagai rute perdagangan global pertama yang menjangkau begitu banyak kawasan dunia. Jalur Sutra menjadi bagian peradaban yang mengembangkan perdagangan, seni, keagamaan, budaya, ide, dan teknologi.
“Uzbekistan, negara yang dikunjungi Ibu Megawati sekaligus tempat dimana beliau menerima gelar profesor kehormatan, adalah salah satu pusat utama Jalur Sutra ribuan tahun lalu,” ujarnya.
Di Uzbekistan, Megawati juga berziarah di makam Imam Bukhari, yang kitabnya dikenal luas di Indonesia dan seluruh dunia serta menjadi rujukan utama soal hadits. Makamnya terletak di Samarkand, sebuah kota yang sangat tua di Asia Tengah, kini masuk wilayah Uzbekistan.
Indonesia mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat Samarkand dan Uzbekistan secara umum, karena peran Presiden Soekarno dalam menemukan makam tersebut. Berdasarkan sejumlah literatur sejarah, saat akan berkunjung ke Uni Soviet saat itu, Bung Karno memberi syarat kepada pemimpin Uni Soviet agar makam Imam Bukhari “ditemukan”. Kemudian ditindaklanjuti dengan pencarian hingga ditemukanlah di Samarkand, yang ketika itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Setelah dorongan Bung Karno tersebut, makam Imam Bukhari diberi atensi, dari dulunya relatif tidak terawat, lalu diperbaiki secara berkelanjutan. Dan kini menjadi kompleks yang lebih representatif dengan masjid berkapasitas ribuan jamaah, museum, hingga pusat kajian hadits.
“Rentetan sejarah ini menunjukkan bagaimana Bung Karno mampu memainkan peran penting dalam peradaban dunia melalui jalan kebudayaan,” ujar Adi.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait