Meski dinilai Paslon Petahana unggul dalam debat perdana Pilkada Jombang, Mukari juga mengkritisi debat publik itu. Di antaranya persoalan pendidikan. Marger pendidikan selain karena faktor berkurangnya penduduk setempat, juga berkembangnya beberapa pendidikan di luar pendidikan sekolah negeri yang menawarkan pilihan pilihan pendidikan yang berbeda dengan di SD Negeri. Sehingga alternatif pilihan masyarakat banyak di sekolah itu.
Kemudian berkembangnya juga pondok pesantren menjadi alternatif pilihan bagi orang tua untuk menitipkan anaknya di pendidikan itu. Akibatnya beberapa sekolah kekurangan murid. "Saya kira perlu pendalaman penelitian lebih lanjut tentang mengapa banyak sekolah negeri yang tutup," kata dia.
Lalu, tentang kesejahteraan kemudian peningkatan industrialisasi. Masalah itu selalu diusung setiap calon, apalagi para calon itu sudah memiliki rekam jejak yang jelas. Nah ketika terlalu banyak memberikan janji-janji tentang bantuan dan sebagainya, itu dalam realitasnya APBD Jombang TDK mencukupi, itu menjadi persoalannya.
Persoalan bagaimana petani menghadapi panen yang harganya anjlok, lalu bagaimana subsidi pupuk, ini kan setiap pencalonan selalu ada dan juga tidak pernah tuntas, selalu jadi persoalan terus menerus.
"Kemudian semakin berkurangnya lahan pertanian ini ironis, karena begitu mudahnya menguningkan lahan yg hijau untuk properti dan perusahaan di tanah-tanah produktif ini kan persoalan yang harus dihadapi juga," tandasnya.
Debat perdana Pilkada Jombang 2024 dilaksanakan di sebuah hotel di Jombang pada Sabtu (19/10/2024). Debat publik ini diikuti dua kontestan Paslon Bupati dan wakil bupati. Yakni Mundjidah-Sumrambah dan Warsubi-Salman. 5 orang akademisi dihadirkan sebagai panelis. Yakni Prof Kacung Marijan dari Unair (Universitas Airlangga), M.K Mawardi P.Hd dari Unair, Irfan Wahyudi P.Hd, Dr Ikwan Setiawan, serta Ainur Rofiq, P.Hd dari UB (Universitas Brawijaya).
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait