Sejarah dan Filosofi Imlek di Indonesia, Dosen UNAIR Ungkap Dimensi Tersembunyi

Ali Masduki
Warga Tionghoa mencuci rupang (patung) dewa di Kelenteng Hok An Kiong atau Klentenh Coklat, di Jl Coklat, Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur. Foto: iNewsSurabaya/Ali Masduki

Shinta juga menjelaskan filosofi Imlek di balik simbol-simbolnya. Warna merah melambangkan keberuntungan dan kesuksesan, emas melambangkan kemakmuran, dan kue keranjang yang lengket melambangkan eratnya hubungan persaudaraan. Hujan yang turun menjelang Imlek diyakini sebagai berkah dari Dewi Kwan Im.

"Mereka percaya Dewi Kwan Im menyiram bunga meihua, sehingga hujan dianggap sebagai berkah dan simbol rezeki melimpah," imbuhnya.

Shinta menyimpulkan bahwa perayaan Imlek di Indonesia bukan hanya sekadar momentum budaya, tetapi juga simbol keragaman budaya dan harmoni yang perlu dipertahankan. 

"Dengan memahami filosofi di balik tradisi ini, kita dapat menjadikan Imlek sebagai inspirasi untuk memperkuat nilai kebersamaan dan persatuan," tutupnya.

Editor : Ali Masduki

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network