Kepala Desa Pakel, Sudarmaji, menjelaskan bahwa tradisi Tumpak Tandur Bumi Wono Ndadari telah berlangsung sejak zaman Kerajaan Majapahit. Tradisi ini berkaitan dengan kelahiran anak, di mana setiap bayi yang lahir akan dipusakai dengan pohon sebagai simbol harapan orang tua.
"Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun antara Desember hingga Maret, sebagai pengingat bahwa anak yang lahir perlu diwariskan sesuatu yang bermanfaat, salah satunya dengan pohon yang bisa memberikan oksigen bagi kehidupannya kelak," jelas Sudarmaji.
PWI Jombang berkolaborasi dengan DLH, PT CJI, dan pemerintah desa dalam aksi tanam pohon di Lapangan Pakel. Kegiatan ini dirangkai dengan tradisi adat Tumpak Tandur Bumi Wono Ndadari untuk melestarikan lingkungan dan warisan budaya. Foto iNEWSSURABAYA
Kepala DLH Jombang, Miftahul Ulum, mengapresiasi kegiatan ini karena mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan.
"Tradisi ini patut dicontoh oleh daerah lain. Ini bukan hanya soal penghijauan, tetapi juga bentuk tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka, termasuk dalam menyiapkan oksigen bagi generasi mendatang," ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan, DLH Jombang siap bersinergi dengan berbagai pihak untuk memperluas gerakan penghijauan.
"Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang berkolaborasi dalam upaya menjaga bumi ini agar tetap lestari bagi anak cucu kita," pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait