SURABAYA – Dalam rangka menyemarakkan bulan suci Ramadan, Forum Komunikasi Munio Stikosa-AWS menggelar diskusi bertajuk "Ngabuburit: Menahan Diri atau Menahan Lapar" pada Jumat (21/3). Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh komunikasi, sejarawan, dan generasi muda yang aktif berpartisipasi dalam dialog konstruktif.
Selain diskusi, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan berbagi berkah bersama anak-anak yatim piatu. Gagas Gayuh Aji, dosen Universitas Airlangga, Athok Murtadlo, dosen Stikosa-AWS, dan Clara, hadir sebagai pemantik diskusi. Mereka membahas esensi puasa sebagai penyeimbang dalam kehidupan.
Gagas menuturkan, puasa adalah penyeimbang, mengajarkan untuk menemukan keseimbangan antara tubuh dan jiwa, antara memberi dan menerima, serta antara berbicara dan mendengar.
Puasa, menurut Athok Murtadlo,
dapat melatih kesadaran diri. "Ini adalah momen yang tepat untuk refleksi dan memperbaiki diri, agar kita lebih bijak dalam menyikapi segala peristiwa di sekitar kita, termasuk dalam komunikasi dan interaksi sosial," kata dia.
Suprawoto, mantan Bupati Magetan periode 2019-2024, menyoroti pentingnya forum komunikasi seperti Munio di tengah situasi politik saat ini.
"Forum Munio ini luar biasa. Bisa menjadi wadah komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah seharusnya tidak menutup telinga terhadap aspirasi yang muncul dari forum-forum seperti ini," ujarnya.
Suko Widodo, pakar komunikasi politik Universitas Airlangga sekaligus pendiri Kolokiumid, menilai forum semacam ini sangat penting di era digital.
"Masyarakat sekarang lebih banyak bersuara lewat media sosial. Forum diskusi seperti ini bisa menjadi ruang alternatif agar aspirasi tersampaikan dengan cara yang lebih bijak dan terarah," tuturnya.
Rektor Stikosa-AWS, Dr. Jokhanan Kristiyono, ST., M.Med.Komm, menjelaskan bahwa kegiatan Ngobras kali ini merupakan edisi kelima dengan tema yang berbeda di setiap pertemuan.
"Kebetulan kali ini bertepatan dengan Ramadan, jadi selain diskusi, kami juga berbagi paket sedekah dari para donatur dan narasumber untuk anak-anak yatim piatu," jelasnya.
Ia berharap forum semacam ini dapat terus menjadi ruang komunikasi yang baik, mendorong diskusi sehat, dan mempererat hubungan antara masyarakat dan pemerintah.
"Kami berkomitmen untuk terus menyelenggarakan kegiatan serupa sebagai wadah edukasi dan silaturahmi," tambah Dr. Jokhanan.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga sarana berbagi kebaikan di bulan Ramadan.
Dengan menghadirkan berbagai perspektif dari tokoh-tokoh berpengaruh, Forum Munio berhasil menciptakan ruang dialog yang inspiratif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait