SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriyah bukan sekadar perayaan keagamaan bagi umat Muslim, tetapi juga momen istimewa untuk mempererat persatuan bangsa. Salah satu tradisi yang kental dengan nilai kebersamaan adalah Halal Bi Halal, sebuah warisan budaya yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kota Surabaya, Achmad Hidayat, mengungkapkan bahwa Halal Bi Halal merupakan gagasan yang lahir dari pemikiran Bung Karno bersama KH Wahab Chasbullah. Tradisi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1948, ketika Indonesia menghadapi situasi politik yang penuh ketegangan.
“Tradisi Halal Bi Halal merupakan ide Bung Karno dan KH Wahab Chasbullah untuk memperkokoh persatuan di tengah keberagaman rakyat Indonesia. Duduk bersama, saling memaafkan, dan memperkuat solidaritas adalah inti dari tradisi ini,” ujar Achmad Hidayat, Senin (31/3/2025).
KH Wahab Chasbullah, salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, menyarankan agar Bung Karno mengumpulkan para pemimpin nasional dalam suasana Lebaran. Dari pertemuan inilah, Halal Bi Halal berkembang menjadi tradisi tahunan yang hingga kini terus dijalankan oleh masyarakat dari berbagai latar belakang.
Achmad menegaskan bahwa keberagaman budaya dan keyakinan adalah anugerah bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Idul Fitri menjadi momen yang tepat untuk membangun pengertian, saling memaafkan, dan kembali fokus pada kemaslahatan masyarakat.
“Mohon maaf lahir dan batin. Mari kita jaga tradisi Halal Bi Halal sebagai bentuk nyata penguatan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Lebaran bukan sekadar bagi-bagi uang atau membeli baju baru, tetapi juga kesempatan untuk membersihkan hati dan mempererat hubungan sosial,” tambah mantan aktivis GMNI ini.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
