SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Pemerintah terus menggalakkan upaya menekan angka stunting nasional yang masih menjadi tantangan serius. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2024, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 19,8 persen atau setara dengan 4,48 juta balita.
Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 21,5 persen, namun tetap menjadi perhatian utama dalam pembangunan sumber daya manusia.
Selain stunting, anemia juga menjadi persoalan serius, terutama di kalangan remaja putri. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), sekitar 48 persen remaja putri mengalami anemia. Kedua masalah ini diperparah oleh rendahnya akses masyarakat terhadap pangan bergizi dan seimbang.
Salah satu solusi yang kini mulai diperkuat adalah penggunaan beras fortifikasi—beras yang telah diperkaya dengan mikronutrien penting seperti vitamin A, B kompleks, zat besi, dan zinc. Langkah ini diyakini sebagai pendekatan strategis untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat secara luas.
Direktur Utama PT Jatim Grha Utama (JGU), Mirza Muttaqien, mengungkapkan bahwa pihaknya sebagai BUMD milik Pemprov Jawa Timur telah menyiapkan lini produksi beras fortifikasi sebagai bagian dari transformasi sistem pangan nasional.
“Kami telah mengantongi izin edar beras fortifikasi. Bila ada daerah yang membutuhkan, kami siap menyuplai berapapun jumlahnya,” ujar Mirza dalam Forum Group Discussion (FGD) bertema “Peran Beras Fortifikasi dalam Pencegahan Stunting” yang digelar oleh PWI Jawa Timur bersama Universitas Airlangga, Sabtu (24/5/2025).
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
