SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Setiap kali momen Hari Raya Idul Adha datang, pembahasan soal kurban biasanya berkutat pada ibadah penyembelihan hewan. Padahal, esensi dari kurban bukan hanya soal wujud fisik yang dikorbankan, tetapi soal nilai rela melepaskan sesuatu yang disukai demi hal yang lebih besar dan lebih baik.
Di era digital seperti sekarang, di mana aktivitas manusia banyak bergeser ke dunia maya, makna kurban perlu dilihat dari sudut yang lebih luas. Kurban tetap penting dalam bentuk fisik, tetapi dalam kehidupan sehari-hari yang sarat teknologi, muncul bentuk-bentuk kurban lain yang juga layak direnungkan.
Kehadiran teknologi memang membawa banyak kemudahan, tetapi juga memunculkan tantangan baru. Waktu yang tersita di depan layar, perhatian yang terbagi karena notifikasi tanpa henti, dan kebiasaan multitasking yang mempengaruhi kualitas hubungan sosial menjadi hal yang lumrah terjadi. Dalam kondisi seperti ini, mengurangi distraksi bisa menjadi bentuk pengorbanan.
Mengelola penggunaan teknologi secara sadar, membatasi akses media sosial di waktu-waktu tertentu, atau menyediakan waktu khusus untuk hadir secara utuh di tengah keluarga dan rekan kerja, adalah bentuk pengorbanan yang kontekstual di era digital. Hal-hal tersebut mungkin tampak kecil, namun memiliki dampak besar dalam menjaga keseimbangan hidup.
Di lingkungan kerja, khususnya dalam pengelolaan sistem informasi, kurban bisa dimaknai sebagai kesediaan untuk mengambil keputusan yang tidak selalu mudah. Misalnya, ketika muncul godaan untuk mengambil jalan pintas demi menyelesaikan proyek dengan cepat, padahal ada risiko keamanan atau etika yang perlu dipertimbangkan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
