GRESIK, iNewsSurabaya.id — Kasus pembunuhan tragis yang menimpa seorang pengemudi ojek online (ojol) perempuan di Gresik masih menjadi perhatian publik luas. Tragedi ini bukan hanya soal kekerasan, melainkan menyimpan kisah rumit di balik janji palsu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berujung maut.
Menurut Kriminolog Universitas Muhammadiyah Surabaya, Samsul Arifin, S.H., M.H., kasus ini mencerminkan percampuran antara tekanan psikologis, konflik emosional, dan manipulasi sosial. Ia menyebut, penipuan semacam itu bukan sekadar tindak pidana, tapi juga bentuk pelanggaran sosial yang berdampak dalam jangka panjang.
“Dalam perspektif kriminologi, janji palsu masuk PNS adalah bentuk penipuan emosional. Saat pelaku merasa terjebak dan frustrasi, terutama dalam situasi ekonomi sulit dan istri yang sedang hamil, potensi agresi menjadi lebih besar. Ini sesuai dengan teori frustrasi-agresi,” jelas Samsul.
Pelaku dan korban diketahui memiliki hubungan yang sudah terjalin sejak 2021. Kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun akhirnya dikhianati oleh pelaku, yang ternyata adalah residivis kasus pembunuhan.
“Pola penyelesaian konflik yang dipilih pelaku sangat maladaptif. Ia menggunakan alat pemotong kertas sebagai senjata dadakan dalam ruang kerja tertutup. Ini tindakan yang oportunistik sekaligus sangat keji,” ujarnya.
Jenazah korban pun dibungkus dan dibuang ke lokasi tersembunyi — menunjukkan adanya upaya sadar untuk menghilangkan jejak dan mengaburkan jejak hukum.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
