SIDOARJO - Jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, bertambah menjadi 3 orang.
Menurut data BPBD Jatim hingga Selasa (30/9/2025) pukul 11.00 WIB, total korban yang telah teridentifikasi sebanyak 100 orang. Rinciannya, 26 orang masih dirawat inap, 70 orang sudah pulang, 1 pasien dirujuk dari RS Siti Hajar ke RSI Sakinah Mojokerto, dan 3 orang meninggal dunia.
Ketiganya menghembuskan nafas terakhir setelah sempat dirawat di rumah sakit. Dua korban meninggal dunia di RSUD dr R.T. Notopuro Sidoarjo. Keduanya ialah Mochammad Mashudul Haq (14 tahun), warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh (22) asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung. Sementara satu korban meninggal ketiga dirawat di RSI Siti Hajar.
Direktur RSUD Sidoarjo, dr Atok Irawan menyampaikan, Muhammad Soleh adalah salah satu korban paling parah dalam peristiwa ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny.
"Pasien sempat mengalami himpitan di bagian bawah tubuh hingga harus dirawat intensif sebelum akhirnya meninggal dunia saat dirujuk ke RSUD Sidoarjo," katanya.
Soleh, kata dia, harus menjalani amputasi di lokasi kejadian karena kondisi luka yang sangat berat dan mempertaruhkan nyawa. "Tim ortopedi dan anestesi melakukan amputasi lengan kiri karena korban terjepit reruntuhan bangunan," kata dia.
Ia mengungkapkan, Soleh adalah santri Al Khoziny Buduran dan kuliah di kampus yang dikelola pesantren tersebut. Saat ini Soleh memasuki semester lima. "Kami segera menerbangkan [jenazah Soleh ke Bangka Belitung," pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, menambahkan, tim gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur (Jatim), BPBD Sidoarjo, Basarnas, TNI-Polri, serta relawan terus memaksimalkan pencarian korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo.
Alat berat disiagakan namun belum dapat digunakan karena dikhawatirkan menimbulkan runtuhan susulan. Tim penyelamat masih mengandalkan suplai oksigen, air, dan alat deteksi untuk berkomunikasi dengan korban di bawah reruntuhan.
Untuk memudahkan keluarga memperoleh informasi, Pemprov Jatim bersama pengasuh pesantren membuka Crisis Center di lokasi ponpes. “Di Crisis Center ada tim lintas instansi dan pengasuh pondok yang memfasilitasi wali santri menanyakan kondisi anaknya,” jelas Khofifah.
Sejumlah rumah sakit juga disiagakan menerima korban, di antaranya RSI Siti Hajar, RSUD R.T. Notopuro, RS Delta Surya, RS Sheila Medika, RS UNAIR, serta RSUD Sidoarjo. Pemprov Jatim menanggung biaya perawatan korban di luar RSUD, sementara RSUD Sidoarjo ditanggung Pemkab.
Khofifah menegaskan, seluruh tim medis termasuk EMT, DVI Polda, dan relawan tetap bersiaga di lapangan. “Kita semua berduka atas musibah ini. Ke depan, evaluasi menyeluruh akan dilakukan agar ruang belajar dan ibadah santri lebih aman,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
