SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Bonus demografi bukan sekadar data statistik mengenai jumlah penduduk. Angka tersebut menjadi penentu arah masa depan bangsa. Pada tahun 2045, Indonesia akan genap 100 tahun merdeka. Pemerintah menargetkan momen itu sebagai tonggak “Indonesia Emas”, visi besar menuju negara maju dengan sumber daya manusia unggul dan ekonomi berdaya saing tinggi. Namun, pertanyaannya, apakah generasi mudanya, terutama Generasi Z, siap menjadi penggerak utama menuju cita-cita tersebut?
Saat ini, Indonesia tengah menikmati bonus demografi, di mana penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan usia nonproduktif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sebanyak 22 persen penduduk Indonesia merupakan Generasi Z, setara dengan sekitar 60 juta jiwa. Potensi ini menjadi peluang besar karena semakin banyak penduduk usia produktif, semakin tinggi pula potensi pertumbuhan ekonomi.
Namun, bonus ini bisa berubah menjadi bencana demografi jika tidak dikelola dengan baik. Ketika anak muda kehilangan arah, sulit mendapat pekerjaan, atau tidak memiliki keahlian relevan, maka potensi besar itu justru dapat menjadi beban bagi pembangunan.
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal adaptif, melek digital, dan cepat belajar. Namun, mereka juga menghadapi tantangan yang kompleks. Data BPS 2024 mencatat tingkat pengangguran terbuka nasional mencapai 4,91 persen, sementara untuk kelompok usia 20–24 tahun angkanya melonjak hingga 15,34 persen. Kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri masih menjadi masalah utama.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
