Selain itu, tekanan sosial dan tuntutan dunia digital turut memengaruhi keseimbangan hidup generasi muda. Kementerian Kesehatan (2023) melaporkan bahwa 6,1 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Sementara survei Alvara Research Center (2022) terhadap 1.529 responden dari 34 provinsi menunjukkan Generasi Z memiliki tingkat kecemasan tertinggi dibanding generasi lain. Sebanyak 40 persen Gen Z merasa “cukup cemas”, 23,3 persen “cemas”, dan 5 persen “sangat cemas”. Angka ini lebih tinggi dibandingkan generasi milenial maupun Gen X.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tantangan Generasi Z tidak hanya terkait lapangan pekerjaan, tetapi juga pada daya tahan mental mereka menghadapi tekanan hidup di era serba cepat.
Visi Indonesia Emas 2045 menekankan empat pilar utama, pembangunan manusia unggul, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan tata kelola pemerintahan berdaya saing global. Dari keempat pilar tersebut, pembangunan manusia unggul menjadi yang paling krusial. Sebab, kemajuan ekonomi tidak akan tercapai tanpa manusia yang cerdas, berkarakter, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Sebagai generasi yang akan memimpin pada 2045, Generasi Z perlu memiliki tiga kemampuan inti, yakni komunikasi efektif dan empatik, kolaborasi lintas generasi, serta kemampuan berpikir kritis dan adaptif terhadap teknologi.
Selain itu, generasi muda juga harus mampu melihat peluang serta terus mengembangkan kemampuan diri, tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga lewat ruang-ruang terbuka seperti komunitas, organisasi, dan pelatihan pengembangan soft skill maupun hard skill.
Bonus demografi tidak otomatis membawa keberhasilan. Dampak positifnya baru akan terasa jika pemerintah, dunia pendidikan, dan masyarakat bekerja bersama menciptakan ruang bagi generasi muda untuk tumbuh dan berkontribusi.
Investasi terbaik bagi Indonesia bukan hanya pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada pembangunan manusia yang berpikir kritis dan mampu berkomunikasi dengan baik. Menuju Indonesia Emas 2045, generasi muda harus disiapkan bukan hanya untuk cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara sosial dan mental.
Sebab, masa depan bangsa ini tidak ditentukan oleh seberapa banyak anak muda yang kita miliki, melainkan oleh seberapa siap mereka berpikir, berbicara, dan bertindak untuk Indonesia.
Penulis: Frima Putri Timur
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
