Industri Garam Nasional Bangkit, Inovasi dan Penetrasi Pasar Asia Jadi Target Penting Indonesia

Arif Ardliyanto
Para pelaku usaha garam terus berinovasi dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen garam potensial di Asia. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Di tengah tantangan ketahanan pangan nasional, industri garam Indonesia menunjukkan sinyal kebangkitan. Garam tak lagi sekadar komoditas dapur, melainkan bagian penting dari rantai pasok industri makanan, kesehatan, hingga ekspor. Para pelaku usaha garam kini melihat peluang besar untuk terus berinovasi dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen garam potensial di Asia.

Mohammad Ishak, Purchasing PT Sumatraco Langgeng Makmur, mengatakan potensi bisnis garam masih sangat menjanjikan, baik di pasar domestik maupun internasional. Menurutnya, permintaan garam di sektor Food and Beverage (F&B) terus meningkat seiring pertumbuhan industri kuliner dan makanan olahan di tanah air.

“Permintaan garam terus naik, terutama untuk kebutuhan industri F&B. Ini menjadi peluang yang harus kita tangkap dengan memperkuat stabilitas produksi,” ujar Ishak dalam acara yang diinisiasi Disperindag Jawa Tengah di Gresik. 


Para pelaku usaha garam terus berinovasi dan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen garam potensial di Asia. Foto iNewsSurabaya/ist

Ia menambahkan, dukungan pemerintah terhadap program yodisasi garam dan penguatan industri garam nasional membuka peluang bagi perusahaan untuk memperluas inovasi produk. Beberapa di antaranya termasuk pengembangan varian garam untuk pakan ternak, kesehatan, hingga kebutuhan industri lainnya.

“Selain inovasi produk, penting juga bagi pelaku usaha untuk memperluas jangkauan pasar melalui platform digital dan memperkuat jaringan distribusi,” tambahnya.

Sementara itu, PT Garam (Persero) selaku pemain utama di industri ini terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi. Indra Kurniawan, perwakilan PT Garam, menjelaskan bahwa perusahaan tengah melakukan optimalisasi lahan garam di Bipolo, Nusa Tenggara Timur, serta membuka lahan baru di Rote Ndao seluas 13.000 hektare.

“Kami juga menerapkan teknologi Mechanical Vapor Recompression (MVR) di Manyar, Gresik, untuk meningkatkan kualitas garam produksi dalam negeri. Selain itu, kami tetap membeli garam petani dengan harga sesuai kualitasnya agar kesejahteraan petani tetap terjaga,” ungkapnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network