TASIKMALAYA, iNewsSurabaya.id - Sungai Ciwulan Tasikmalaya, Jawa Barat merupakan habitat beragam jenis ikan. Sedikitnya ada 19 spesies ikan yang hidup didalamnya.
Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi menyebut, jumlah spesies ikan tersebut ditemukan setelah tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) melakukan inventarisasi di Sungai Ciwulan.
“Sumber data kami berasal dari kegiatan penangkapan ikan dengan metode pancing di Ciwulan dan cikunir, wawancara dengan komunitas sungai, komunitas pemancing yang dipublish dalam youtube, data sekunder media online dari 2020 hingga 2021,” ungkapnya, Selasa (05/4).
Namun keberadaan ikan di Ciwulan, kata dia, masih perlu untuk diteliti lebih lanjut pada musim kemarau. Ia meyakini masih banyak jenis-jenis ikan unik yang masih belum teridentifikasi di Ciwulan.
Ecoton menyanyangkan, keanekaragaman jenis ikan itu saat ini terancam punah. Penyebabnya yakni semakin memburuknya kualitas air di sungai tersebut.
"Pencemaran dan polusi mikroplastik percepat kepunahan ikan Ciwulan," tegasnya.
Berdasarkan hasil penelitian Ecoton, bahan-bahan pencemar seperti logam berat, parasetamol, mikroplastik masuk dalam kategori senyawa pengganggu hormone yang bisa menyebabkan terjadinya feminimisasi ikan, atau ikan berubah kelamin menjadi intersex (dalam satu tubuh terdapat dua kelamin).
"Fakta lainnya adalah komposisi ikan berkelamin betina lebih dominan dibanding jantan (80%:20%) yang seharusnya dalam kondisi perairan sehat perbandingan jantan: betina adalah 50%:50%," terang Prigi.
Untuk itu, pegiat lingkungan ini mendorong adanya pemulihan kualitas air. Koordinator Ekspedisi Sungai Nusantara, Amiruddin Muttaqin, mengatakan bahwa hal itu akan membawa dampak peningkatan mutu ekologis Ciwulan yang pada gilirannya akan menjadikan Ciwulan habitat yang sehat untuk perkembangbiakan ikan
"Kami mendorong Pemprov Jawa Barat untuk memulihkan kualitas air Ciwulan dengan mengendalikan sumber-sumber pencemaran industri batik skala rumah tangga, pengendalian sampah plastik dengan membangun TPS 3R di tiap desa yang dilalui Ciwulan dan pengendalian limbah domestic,” tegasnya.
Alumni UPN Jawa Timur ini juga mendorong lebih banyak pelibatan masyarakat dan komunitas untuk ikut berpartisipasi menjaga kelestarian Ciwulan.
Data Ecotong menyebut, keberadaan sungai di Indonesia saat ini dalam kondisi rusak, 98% dalam kondisi tercemar. Padahal sungai-sungai di Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum, irigasi, budidaya perikanan dan fungsi ekologi sebagai habitat beragam jenis ikan.
Memburuknya kualitas air sungai menyebabkan kepunahan beberapa jenis ikan. Indonesia merupakan negara di dunia yang memiliki laju kepunahan ikan tercepat kedua setelah philipina.
Ada beberapa faktor yang mendorong kepunahan ikan di Indonesia:
1. Deforestasi atau penggundulan hutan.
Vegetasi dalam hutan merupakan energi bagi perairan, daun-daun yang jatuh akan berubah menjadi seresah yang menjadi nutrisi bagi beragam jenis bioata air seperti serangga air (anak capung, lalat sehari, engkang-engkang, kepik, dan makroinvertebrata/biota tidak bertulang belakang).
Keberadaan serangga air menjadi sumber pakan ikan selain plankton, maka jika serangga air musnah maka ikanpun akan musnah.
2. Limbah pertanian.
Pemberian pupuk yang berlebihan menimbulkan residu senyawa Nitrat dan phospat. Kadar Nitrat, nitrit dan phospat sangat berpengaruh pada pertumbuhan ikan karena nitrat dan phospat akan menyebabkan kerusakan pada insang.
Ikan akan mengalami sulit bernafas meski air mengalir karena insang mengalami kerusakan. Senyawa lain adalah pestisida pertanian dan perkebunan yang banyak digunakan tidak semua terserap dan sebagian terlepas ke perairan sungai.
3. Limbah Industri.
Limbah cair industri banyak mengandung logam berat dan senyawa sintetis akan menimbulkan gangguan telur ikan bahkan kematian telur dalam kandungan ikan.
Bahkan temuan terbaru menunjukkan bahwa sungai Citarum terkontaminasi parasetamol dua kali lipat dibanding kandungan parasetamol dalam air di teluk Jakarta, daerah wilayah Rancaekek, Dayeukolot dan Karawang. Paracetamol digunakan dalam industri tekstil untuk bahan penguat pewarna tekstil.
4. Limbah Domestik.
Limbah rumah tangga seperti detergen, khlorin dalam pemutih, e-coli dan nitrit, dampaknya pada kerusakan insang ikan.
5. Sampah plastik.
Sampah plastik di air akan terfragmentasi (terpecah-pecah) menjadi serpihan kecil dibawah 5 mm yang biasa disebut mikroplastik. Keberadaan mikroplastik akan berpengaruh pada system pernafasan/insang dan gangguan hormone ikan.
6. Alih fungsi bantaran menjadi kawasan terbangun.
Hilangnya bantaran akan berpengaruh pada hilangnya habitat bagi pemijahan ikan.
7. Penambangan pasir dengan mesin, memicu kekeruhan air dan menghalangi penetrasi sinar matahari yang menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air.
Hilangnya batuan di perairan juga berpengaruh pada hilangnya daerah pemijahan ikan, karena ikan umumnya memijah dan menaruh telur pada permukaan kasar seperti habitat bebatuan atau pasir.
8. Pembangunan bendungan.
Keberadaan bendungan membuat siklus reproduksi ikan terganggu. Sebab, sejumlah ikan harus melakukan migrasi menuju hulu untuk melakukan reproduksi. Ketika migrasi tidak bisa dilakukan, maka proses reproduksi ikan menjadi terganggu.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait