Rizky menambahkan bahwa pengalaman panjang Surabaya sebagai penyelenggara berbagai event olahraga seharusnya menjadi modal kuat untuk merawat venue. Ia menilai kerusakan fasilitas akan berdampak pada pembinaan dan persiapan atlet. “Saya pernah membawa emas untuk kota ini. Jangan sampai fasilitas rusak menghambat perkembangan atlet,” katanya.
Selain kerusakan gedung, Rizky juga menyoroti masih adanya pungutan iuran latihan yang membebani beberapa cabang olahraga. Untuk cabor karate misalnya, atlet masih harus berlatih di GOR Serbaguna KONI Jatim dengan kewajiban membayar iuran gedung. Ia berharap pemerintah kota hadir memberikan fasilitas latihan yang layak dan bebas pungutan.
Insiden plafon ambrol itu pertama kali disadari penonton ketika melihat serpihan plafon berjatuhan di area tangga menuju ruang VIP. Ruangan yang seharusnya representatif untuk menerima tamu penting itu tampak kusam, dindingnya berlumut, dan menunjukkan tanda-tanda kurang perawatan. Meski demikian, lapangan utama masih dianggap layak untuk menggelar pertandingan besar.
Menanggapi polemik tersebut, Kepala Bidang Olahraga Disbudporapar Surabaya, Yanuar Hermawan, memastikan bahwa pemerintah kota akan melakukan perbaikan menyeluruh. “Terima kasih atas masukannya. Semua perbaikan pasti akan dilakukan,” ujarnya singkat.
Dengan semakin dekatnya Porprov 2027, publik kini menunggu langkah konkrit pemerintah dalam memastikan seluruh venue olahraga benar-benar siap dan aman digunakan. Organisasi olahraga, atlet, dan DPRD sepakat: penyelidikan dan pembenahan tidak bisa lagi ditunda.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
