SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Euforia pertemanan di awal masa perkuliahan kerap memudar seiring waktu. Banyak mahasiswa mengalami tekanan sosial akibat hubungan yang renggang, bahkan konflik tersembunyi dalam lingkaran pertemanan kampus. Fenomena ini bukan sekadar masalah pribadi, tetapi menyentuh aspek psikologis yang perlu mendapat perhatian serius.
Mahasiswa baru umumnya memulai perjalanan kampus dengan semangat tinggi mencari teman. Pada masa orientasi seperti Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), interaksi sosial berlangsung intensif. Namun, realitas berbeda muncul setelah rutinitas kuliah dimulai. Komunikasi yang semula hangat mulai renggang, bahkan sebagian mahasiswa merasa pertemanan kampus tidak sesuai ekspektasi.
Kondisi ini bukan tanpa dampak. Rasa terasing dan kehilangan motivasi belajar menjadi konsekuensi langsung. Dalam jangka panjang, mahasiswa dapat mengalami stres, penurunan kepercayaan diri, hingga gejala depresi. Perpecahan kelompok dalam satu kelas juga menghambat kolaborasi akademik dan partisipasi dalam kegiatan organisasi kampus.
Unggahan seorang pengguna bernama Af Wilza di grup Facebook Keluh Kesah Ngampus pada 2 November 2025 menggambarkan kekecewaan tersebut. "Ternyata pertemanan di dunia perkuliahan lebih sadis ya daripada di SMA. Syok juga aku, tiba-tiba ditusuk dari belakang, banyak muka dua," tulisnya. Pengalaman seperti ini mencerminkan bagaimana dinamika sosial kampus dapat berubah menjadi sumber kecemasan, di mana sikap baik di depan tidak selalu sejalan dengan perilaku di belakang.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
