SURABAYA, iNews.id - Overparenting terjadi ketika orang tua terlalu banyak terlibat dalam kehidupan anaknya.
Karakter orang tua dalam overparenting juga cenderung untuk tidak memberikan ruang yang cukup dan semestinya bagi anak, dimulai dari usia dini hingga remaja untuk melakukan eksplorasi dan mencoba hal-hal yang memantik rasa ingin tahunya.
Setelah memahami pengertian, dan ciri-ciri dari overparenting itu sendiri. Kali ini, mari kita simak bagaimana cara mengatasi overparenting bagi para orang tua.
BACA JUGA:
Orang Tua, Kenali Apa itu Overparenting dan Ciri-Cirinya!
Menurut Pendidik Rumah Main Cikal Bandung, Naura Thifaldhia Chrissandi, sebagai berikut.
1. Kelola Rasa Cemas
Tentu, bukanlah merupakan hal yang salah memiliki rasa cemas, khususnya bagi para orang tua yang memiliki kasih sayang terhadap anaknya.
Namun, hal yang patut diperhatikan adalah bagaimana mengelolanya dengan baik. Orang tua tentu perlu memberikan kepercayaan bagi anak untuk bergerak, dan mengembangkan rasa ingin tahu yang hidup dalam dirinya.
Apabila cemas datang kembali, coba tenangkan diri dulu ya, kelola cemas agar hasil tumbuh kembang anak semakin optimal dan bukan minimal.
2. Memetakan Apa yang Anak Dapat Lakukan Sendiri dan Tidak
Orang tua dapat memikirkan dan memetakan lebih dalam kira-kira apa saja hal yang dapat anak lakukan sendiri dan apa yang tidak dapat anak lakukan sendiri.
“Orang tua dapat bertanya kepada guru di sekolah atau tenaga profesional lainnya terkait dengan hal apa saja yang wajar dilakukan oleh anak seusianya,” ucap Naura.
3. Pahami Situasi dan Dukung Anak Hadapi Masalahnya dengan Bijaksana
Tanpa ragu, terkadang apabila anak memiliki masalah atau hadapi kegagalan dalam mencoba orang tua bergumam ungkapan yang menekan anak.
Dalam hal ini, orang tua dapat mencoba untuk menanamkan dalam pikirannya bahwa dibalik kegagalan atau masalah, terdapat banyak hal yang dapat dipelajari oleh anak.
Kegagalan dan masalah tidak selamanya buruk, karena anak dapat belajar banyak hal agar kedepannya ia dapat menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, ketika anak mengalami masalah, jangan panik dan coba untuk mengamati situasi yang ada. Coba perhatikan bagaimana anak mengatasi masalah tersebut dan berikan bantuan ketika anak benar-benar merasa kebingungan.
Coba untuk menahan diri terlebih dahulu dan biarkan anak mencoba mengatasi masalahnya dengan mandiri, meskipun mungkin anak tidak dapat mengatasi masalahnya dengan sempurna.
4. Delegasikan Tugas Pada Anak
Orang tua dapat memberikan tugas-tugas sederhana kepada anak. Contohnya, anak ditugaskan untuk mencuci piring dan gelas (bisa menggunakan piring atau gelas plastik agar lebih aman bagi anak). Tugas sederhana ini dapat membangun rasa percaya diri anak, sehingga anak merasa bahwa terdapat hal yang bisa ia lakukan secara mandiri.
5. Dengarkan dan Berikan Kepercayaan Pada Anak.
Orang tua dapat mencoba untuk sering bertanya kepada anak apa yang ia ingin lakukan dan apa yang ia mau. Ini merupakan rangkaian dari menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri anak.
“Ketika apa yang anak inginkan tidak sesuai dengan kemauan orangtua, jangan langsung menolak dan coba bicarakan kepada anak mengenai hal negatif dan positifnya. Anak perlu diberikan pertimbangan terhadap pendapatnya agar ia tidak merasa powerless.” ujar Naura.
Nah, kira-kira sampai poin kelima ini, apakah Papa dan Mama sudah lebih yakin untuk menumbuhkan kepercayaan pada anak, dan menekan pola overparenting? Mari dicoba sama-sama di rumah ya, Papa dan Mama!
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait