SURABAYA , iNews.id - PT Suparma Tbk (SPMA) menargetkan hingga akhir tahun ini penjualan bersih bisa mencapai Rp3,1 triliun.
Selama periode Januari - April 2022, penjualan produsen kertas dan tisu itu telah mencapai Rp1,1 triliun atau 33,1 persen dari target 2022.
Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur optimistis target tersebut dapa tercapai mengingat kondisi perekonomian yang berangsur pulih. Hal ini mendorong peningkatan kinerja industri Hotel Restoran dan Kafe (Horeka).
"Produk kami banyak yang dimanfaatkan di sektor ini (Horeka). Sehingga kami yakin ketika ekonomi tumbuh sektor ini akan bergerak," kata Hendro Luhur, Selasa (7/6/2022).
Selain itu, dirinya berharap momentum libur sekolah pada bulan Juni - Juli. Disusul dengan banyaknya event HUT Kemerdekaan RI di bulan Agustus.
Apalagi saat ini, banyak event dan kegiatan dengan banyak orang yang sudah bisa digelar tanpa pembatasan. Dilanjutkan dengan libur menjelang akhir tahun ini.
"Kami yakin momentum-momentum tersebut dapat mendongrak penjualan kami," terangnya.
Dia menambahkan, selain kondisi pasar yang bagus, kenaikan penjualan bersih ini juga karena naiknya harga jual rata-rata produk kertas sebesar 25,3 persen.
Kemudian naiknya kuantitas penjualan produk kertas sebesar 0,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
"Secara kuantitas penjualan kertas Suparma pada periode 4 bulan tahun ini mencapai 68.178 MT (metric ton)," imbuhnyaa.
Sementara itu, pada 2021, perseroan mencatatkan kinerja penjualan bersih sebesar Rp2,79 triliun atau naik 29,9 persen (yoy).
Pertumbuhan penjualan bersih tersebut akibat naiknya harga jual rata-rata produk kertas Suparma pada 2021 sebesar 21,4 persen dibandingkan harga jual rata-ratanya di 2020.
Sementara kuantitas penjualan produk kertas Suparma selama 2021 mencapai 214.200 MT atau meningkat 6,8 persen.
Sedangkan laba komprehensif perseroan pada tahun lalu terealisasi sebesar Rp315,8 miliar atau naik 105,3 persen (yoy).
Capaian laba tersebut disebabkan beban operasional yang terdiri dari beban penjualan, beban umum dan administrasi yang mengalami kenaikan.
"Kenaikan ini disebabkan meningkatnya beban ekspor dan pengangkutan, serta naiknya gaji dan upah. Sedangkan beban keuangan mengalami penurunan dari semula Rp38,3 miliar pada 2020 menjadi Rp33,1 miliar pada 2021," tandas Hendro
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait