Meski berasal dari keluarga bangsawan, dengan perlambang baik yang mengiringi kelahirannya, ternyata kelahiran Soekarno sangat menyedihkan. Bapaknya tidak mampu memanggil dukun beranak untuk kelahiran Soekarno.
"Kami terlalu miskin. Satu-satunya orang yang mengurus Ibu adalah sahabat keluarga kami, seorang lelaki yang sudah sangat, sangat tua. Adalah dia, dan tidak ada orang yang lain, yang menyambut kelahiranku di dunia," paparnya.
Saat masih bocah, Soekarno melihat ibunya duduk memandang ke arah timur menantikan datangnya sang fajar. Soekarno mengingat pertemuan sehari-hari yang penuh kehangatan itu.
Dia ingat pelukan ibunya yang penuh kasih sayang seraya mengatakan kepadanya, bahwa dia lahir di saat fajar menyingsing.
"Kita orang Jawa memiliki kepercayaan, bahwa seseorang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah digariskan sebelumnya. Jangan sekali-kali kau lupakan, nak, bahwa engkau ini putra sang fajar," tukasnya.
Demikian ulasan singkat ini diakhiri. Semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir I, Tempo Publishing, Buku Elektronik.
2. Dukut Imam Widodo, Sidoardjo Tempo Doeloe, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, 2013.
3. Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Yayasan Bung Karno, 2011.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait