Sifat mikroplastik yang hidrofobik menjadikan mikroplastik mudah mengabsorb senyawa organik beracun seperti polycylic aromatic hydrocarbons (PAHs), polychclorinated biphenis (PCBs) dan dichloro diethyl trichloroethane (DDT).
Selain itu komposisi pembuatan plastik menggunakan zat aditif seperti bisphenol A, pthalat, styren, dan sebagainya.
Kandungan tersebut menyebabkan keberadaan mikroplastik di lingkungan mampu mencemari perairan, meracuni biota perairan, dan merusak keseimbangan ekosistem.
"Dampaknya terhadap kesehatan manusia, ketika mikroplastik telah masuk dalam rantai makanan, karena dapat menyebabkan gangguan hormon bahkan menganggu sistem reproduksi karena terdapat senyawa berbahaya dalam plastik yang biasa di sebut Endocrine disrupting chemicals (EDC)," papar Subakti.
Salah satu peneliti CO.Ensis Ananta Putra Karsa mengungkapkan, hasil penelitian ditemukan mikroplastik pada air, sedimen dan biota dengan jumlah total 7540 partikel.
Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada air permukaan sebesar 207 partikel/100L, pada kolom perairan sebesar 314 partikel/100 L.
"Sedangkan pada sedimen rata-rata kelimpahannya 83 partikel/50 gram, dan tipe mikroplastik yang mendominasi adalah fiber yang umumnya bersumber dari serat tekstil," ungkapnya.
Editor : Ali Masduki