SURABAYA, iNews.id - Membongkar kisah perjalanan hidup Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman tak akan habis. Lulus dari Akademi Militer (Akmil) Magelang (dulu AKABRI) pada Tahun 1988 pernah menjadi pemimpin untuk tugas di Timor Timur.
Menyandang pangkat Letnan Dua atau Letda, Dudung remaja langsung ditugaskan ke Dili, Timor Timur, untuk mencari gerakan pengacau keamanan (GPK). Kala itu usianya 24 tahun, dan masuk ke dalam Batalyon Infanteri (Yonif) 744-SYB yang berada di bawah kendali Kodam IX/Udayana. Personel dari Batalyon yang kini namanya berubah menjadi Batalyon Infanteri Raider Khusus itu terdiri dari pasukan elite pertempuran infanteri. Sedikitnya ada tujuh peleton dalam batalyon ini.
Dudung remaja mendapat kepercayaan sebagai Komandan Peleton (Danton) 3/B yang bermarkas kompi di Desa Becora, Dili, Timor Timur. Menurut Dudung, ada dua tim khusus yang dipimpinnya kalau bertugas di wilayah yang kini telah bernama Timr Leste itu, yakni Ataka dan Casador.
"Di sinilah saya membawa tim khusus yang namanya 'Ataka' dan 'Casador'. Tim ini terdiri atas prajurit-prajurit pilihan yang berpengalaman untuk mencari anggota Gerakan Pengacau Keamanan (GPK)," kata Dudung mengisahkan cerita, dikutip dari buku Loper Koran Jadi Jenderal, Selasa (21/6/2022).
Editor : Arif Ardliyanto