SURABAYA, iNews.id - Tempat nongkrong di kota pahlawan terus bermunculan. Untuk memikat pelanggan, beragam konsep dihadirkan oleh pengelola. Mulai konsep modern hingga tradisional sudah ada di kota terpadat kedua setelah DKI Jakarta ini.
Terbaru, ada Omakaryo. Kedai yang terletak di jalan Saronojiwo Jiwo Gg II/4, Panjang Jiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya ini hadir dengan konsep yang cukup unik. Yakni berkonsep Zero Waste.
Menu makanan dan minuman di kedai ini dikemas agar meminimalisir sampah plastik yang saat ini menjadi masalah krusial yang memberi dampak buruk bagi lingkungan.
Yang lebih menarik lagi, adalah keberadaan Omakaryo ini sendiri. Karena berada ditengah-tengah perumahan, suasana Omakaryo begitu tenang jauh dari lalu lalang kendaraan bermotor.
Ditambah lagi, tempat nongkrongnya adalah bangunan joglo. Setiap mata memandang, terlihat rindangnya pepohonan yang tumbuh subur di area kedai. Sejumlah ornamen klasik juga terpajang dan bisa dijadikan obyek untuk berfoto.
Pemilik dan pendiri Kedai Omakaryo, Fakhrizan Husainudin, menjelaskan ciri khas yang dimiliki kedai miliknya terletak pada misi yang diusungnya. Misi yang dimaksud ialah menerapkan zero plastic. Tak hanya itu, kedai yang dirintis ini juga mengusung 3 konsep yakni tropical, joglo dan full outdoor.
Fakhri mengatakan, bahwa upaya untuk menerapkan zero plastic ini bukan hal yang mudah. Pasalnya, masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan plastik di setiap aktivitasnya.
“Perlahan kita mencoba, mengedukasi dan meminimalisir penggunaan plastik,” terang Fakhri.
Alumnus Universitas Airlangga ini menuturkan, pengunjung kedai Omakaryo juga bisa menemukan banyak tanaman yang siap diolah langsung dan menjadi bahan olahan menu.
Mulai dari tanaman pandan, sawi, selada air, kemangi, lombok, bayam dan tanaman lain siap diolah.
Ia menegaskan bahwa kedai yang didirikannya tidak hanya ingin menjual produk tapi juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Nama Omakaryo sendiri, kata Fakhri, berasal dari Oma dalam Bahasa Manado berarti nenek. Sedangkan Karyo adalah nama keluarga (kakek).
Makna lain adalah Oma artinya rumah dan karyo adalah karya. Bisa disimpulkan Omakaryo artinya rumah untuk berkarya.
“Harapannya kedai ini akan menjadi tempat anak muda dalam berkarya, menyelesaikan tugas dan lainnya. Jadi tidak hanya tempat nongkrong saja,” ujarnya sembari tertawa.
Fakhri berharap, ke depan kedai yang dibanggunnya ini bisa dijadikan role model kedai-kedai lain agar tergerak untuk meminimalisir penggunaan sampah plastik.
Lebih jauh ia berharap, kedai yang dirintisnya ini nantinya juga bisa bermanfaat bagi warga sekitar, terutama para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
Lantas bagaimana dengan harga? tentunya cukup bersahabat bagi kantong mahasiswa. Beragaman menu makanan dan minuman dibandrol dengan harga ribuan, belasan hingga puluhan ribu.
Editor : Ali Masduki