BANYUWANGI. iNews.id - Monyet yang teridentifikasi memiliki bulu abu-abu berkeliaran dihalaman Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Keberadaan monyet ini sangat mengganggu, dan memunculkan pertanyaan kenapa monyet berkeliaran dirumah pendudukan.
Kemunculan binatang berekor panjang tersebut, datang secara tiba-tiba lalu masuk ke sejumlah ruangan yang ada di kantor Bupati. Kenakalan primata itupun, semakin menjadi-jadi dengan mengacak-acak sejumlah berkas dokumen di dalam kantor.
Salah seorang pegawai, Sunadi mengatakan, awalnya monyet masuk dari utara kantor dan langsung naik ke atap Masjid Pemkab. Kemudian berpindah lokasi, masuk ke ruang organisasi. "Diruang bagian organisasi Monyet berbulu abu - abu tersebut, sempat menabrak komputer karena diduga panik," ujar Sunadi.
Karena meresahkan, beberapa pegawai lantas mengejar monyet tersebut, sampai akhirnya masuk ruangan OPD kembali, lalu naik ke atap Gedung Bappeda dimana kondisinya lebih tinggi. "Monyet itu loncat - loncat, terlihat seperti bergembira,"ujar Netty, salah satu pegawai bagian humas Pemkab Banyuwangi.
Netty menduga, keberadaan Monyet tersebut sudah ada semenjak pagi, bahkan semenjak sekitar pukul 08.30 WIB. Pasca mendapat laporan adanya monyet liar, Petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Dinas PU CKPP Banyuwangi serta BKSDA langsung melakukan evakuasi monyet tersebut.
Masyarakat Mitra Polhut atau MMP, Ardis Ten Sandi mengatakan, jika monyet yang berkeliaran di Kantor Bupati, ditengarai merupakan monyet peliharaan warga, dimana diduga lepas dari sarangnya. Berbagai cara dilakukan petugas, untuk bisa menangkap monyet tersebut. Salah satunya, memberi umpan makanan dari pisang yang dicampur antimo, agar monyet bisa tertangkap.
"Monyetnya tergolong tua dan indukan, serta peliharaan warga. Sebab kantor Bupati ini, jauh dari kawasan hutan, "terang Ardi.
Sementara PLH Kepala BKSDA Wilayah III Jember, Purwanto menghimbau masyarakat yang masih memelihara monyet, agar melepasnya kembali ke alam atau diserahkan ke BKSDA. "Ada baiknya dilepas ke alamnya, karena mereka juga butuh kehidupan yang bebas," imbau Purwanto.
Editor : Arif Ardliyanto