SURABAYA, iNews.id - Kasus perundungan yang dialami seorang bocah berusia 11 tahun yang berada di bangku Sekolah Dasar (SD) di Singaparna, Tasikmalaya, pada pertengahan Juni lalu menggemparkan publik.
Pasalnya, bocah itu meninggal setelah mengalami perundungan dari beberapa temannya. Korban mengalami kekerasan secara fisik, psikis, hingga seksual.
Menanggapi hal itu, Pakar Psikologi Universitas Airlangga Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog mengungkapkan bahwa korban tersebut mengalami trauma. Sebab, dampak perbuatan yang dilakukan oleh pelaku tentu tidak akan dilupakan.
“Apalagi pem-bully-annya cukup aneh dan tidak wajar,” ujarnya.
Dari perundungan tersebut, imbuh Dewi, dapat berdampak pada rasa tidak percaya diri, trauma, bunuh diri, bahkan sampai celaka fisik sampai meninggal.
“Apalagi kondisi korban ketika tidak ada support dari lingkungan dan hanya dipendam sendiri akan menjadi kuat (efek, Red) negatifnya. Dan, tentu ketika tidak teratasi akan mengganggu fisiknya juga,” tegasnya.
Faktor Lingkungan, Pertemanan, dan Keluarga
Menurut Dewi, faktor lingkungan terdekat sangat mempengaruhi perilaku perundungan anak-anak karena faktor dalam dirinya yang saling berinteraksi satu sama lain.
Lingkungan terdekat anak-anak (lingkungan microsistem) adalah lingkungan yang memberikan dampak langsung bagi perkembangan anak.
Hal itu juga dipengaruhi oleh adanya bentuk pelapisan di berbagai masyarakat, khususnya di sekolah atau lingkungan pertemanan.
Seperti tindak perundungan yang dilakukan anak pintar dengan anak yang bodoh, anak kaya dengan anak miskin, atau anak yang pemberani (mempunyai kuasa pertemanan) dengan anak yang penakut.
Editor : Ali Masduki