Menurut Jumingan, membangun empati diantara sesama tanpa melihat keyakinannya, adalah bagian dari hal dasar dalam merawat keberagaman dan toleransi diantara para pemeluk agama dan kepercayaan.
"Nilai nilai ini menjadi penting untuk ditanamkan pada generasi muda sekaligus mengamalan isi Wewarah Tujuh yang mewajibkan warga Sapta Darma untuk saling mengasihi dan menolong tanpa berharap imbalan apapun," tuturnya.
Kegiatan pahargyan Suro ini ditutup dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon "Semar Mbabar Wahyu Katentreman" yang digelar di Sanggar Candi Busana Sapta Darma di Jl Jemursari Selatan VI no 32 – 34.
Pagelaran yang dihadiri oleh Direktur Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME ini, merupakan pagelaran budaya yang selalu ada dalam kegiatan Suroan para Warga Sapta Darma.
Penyelenggara dan Ketua Persatuan Warga Sapta Darma Pusat, Naen Soeryono menuturkan, Wayang sangat penuh dengan wejangan dan nilai nilai luhur.
Untuk itu, harus bangga sebagai bangsa Indonesia yang mewarisi keragaman buaya dan adat istiadat yang beragam, budaya adalah asset bangsa yang harus dilestarikan keberadaannya.
"Selain itu, budaya adalah perekat keragaman dan pitutur luhur untuk menuntun sikap budi luhur, pungkas Naen Soeryono," tandasnya.
Editor : Ali Masduki